
Intip Calon Emiten yang Antre IPO di Januari 2020
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 December 2019 06:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sebanyak 40 perusahaan sedang dalam proses antre mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga awal tahun 2019.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen menyampaikan minat perusahaan melangsungkan initial public offering (IPO) masih cukup tinggi.
Berdasarkan data BEI, sejak awal tahun hingga 13 Desember 2019, ada 52 perusahaan baru yang mencatatkan saham perdana di BEI dengan nilai emisi IPO diproyeksikan mencapai Rp 14 triliun.
"Masih terdapat 40 emiten lagi yang di pipeline dalam proses IPO. Penawaran perkiraan hampir Rp 15 triliun," kata Hoesen, Selasa pekan sebelumnya (17/12/2019) di Gedung BEI.
Adapun pada Senin lalu (23/12/2019), PT Galva Technologies Tbk (GLVA) menjadi emiten pamungkas di penghujung tahun ini dan menjadi perusahaan tercatat ke 55 sepanjang tahun 2019 dan emiten ke-668 di BEI.
"Galva menjadi emiten ke-55 yang melakukan IPO sekaligus yang terakhir di tahun 2019," ungkap Direktur Utama Galva Technologies, Oki Widjaja di BEI, Jakarta, usai pencatatan saham.
Perseroan melepas 300 juta saham atau setara 20% saham ke publik dengan harga penawaran umum Rp 225 per saham dan dicatatkan di papan pengembangan BEI.
Dengan demikian, perolehan jumlah perusahaan tercatat (emiten) baru tahun 2019 sebanyak 55 emiten, sama dengan capaian tahun 2018 sebanyak 55 emiten.
Lebih lanjut, Hoesen mengungkapkan dari total 40 emiten yang mengantre tersebut, 11 emiten di antaranya masuk dalam kategori menegah ke bawah dengan nilai emisi mencapai Rp 631 miliar.
Di tengah kondisi pasar saham yang dinamis, Hoesen menyebut, nilai emisi dari penerbitan IPO saham dan obligasi per Desember mencapai Rp 195,3 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, memang ada 33 perusahaan dalam pipeline hingga akhir tahun 2019. Namun, yang akan merealisasikan pencatatan saham perdana hanya sekitar 3-4 emiten, selebihnya diperkirakan baru akan mencatatkan saham perdana di tahun depan.
Sayangnya, Nyoman tak ingin menyebutkan, dari jumlah 33 perusahaan calon emiten itu siapa saja dengan target emisi di atas Rp 1 triliun.
"Saya tidak bisa menyampaikan karena adanya regulasi dan komitmen juga perusahaan belum bisa menyampaikan," pungkas Nyoman Yetna.
Tahun ini, target BEI mendatangkan sekitar 57 perusahaan tercatat, sementara total target pencatatan efek di BEI pada tahun ini mencapai 75 termasuk efek lainnya seperti DIRE (dana investasi real estate), EBA (efek beragun aset), dan ETF (exchange traded fund), dan beberapa efek lainnya.
Dari total 55 emiten baru yang sudah tercatat tahun ini (tidak ada pertambahan lagi), PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) tercatat sebagai emiten dengan perolehan emisi terbesar yakni mencapai Rp 1,2 triliun dengan melepas 831 juta saham dengan harga IPO Rp 1.500/saham.
Sebagai gambaran, pada tahun 2018, BEI berhasil mencatat rekor jumlah perusahaan tertinggi sejak tahun 1992, di mana 55 perusahaan melantai di BEI. PT Phapros Tbk (PEHA) menjadi emiten pamungkas di 2018 yang mencatatkan saham perdana di BEI pada 26 Desember 2018.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen menyampaikan minat perusahaan melangsungkan initial public offering (IPO) masih cukup tinggi.
Berdasarkan data BEI, sejak awal tahun hingga 13 Desember 2019, ada 52 perusahaan baru yang mencatatkan saham perdana di BEI dengan nilai emisi IPO diproyeksikan mencapai Rp 14 triliun.
Adapun pada Senin lalu (23/12/2019), PT Galva Technologies Tbk (GLVA) menjadi emiten pamungkas di penghujung tahun ini dan menjadi perusahaan tercatat ke 55 sepanjang tahun 2019 dan emiten ke-668 di BEI.
"Galva menjadi emiten ke-55 yang melakukan IPO sekaligus yang terakhir di tahun 2019," ungkap Direktur Utama Galva Technologies, Oki Widjaja di BEI, Jakarta, usai pencatatan saham.
Perseroan melepas 300 juta saham atau setara 20% saham ke publik dengan harga penawaran umum Rp 225 per saham dan dicatatkan di papan pengembangan BEI.
Dengan demikian, perolehan jumlah perusahaan tercatat (emiten) baru tahun 2019 sebanyak 55 emiten, sama dengan capaian tahun 2018 sebanyak 55 emiten.
Lebih lanjut, Hoesen mengungkapkan dari total 40 emiten yang mengantre tersebut, 11 emiten di antaranya masuk dalam kategori menegah ke bawah dengan nilai emisi mencapai Rp 631 miliar.
Di tengah kondisi pasar saham yang dinamis, Hoesen menyebut, nilai emisi dari penerbitan IPO saham dan obligasi per Desember mencapai Rp 195,3 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, memang ada 33 perusahaan dalam pipeline hingga akhir tahun 2019. Namun, yang akan merealisasikan pencatatan saham perdana hanya sekitar 3-4 emiten, selebihnya diperkirakan baru akan mencatatkan saham perdana di tahun depan.
Sayangnya, Nyoman tak ingin menyebutkan, dari jumlah 33 perusahaan calon emiten itu siapa saja dengan target emisi di atas Rp 1 triliun.
"Saya tidak bisa menyampaikan karena adanya regulasi dan komitmen juga perusahaan belum bisa menyampaikan," pungkas Nyoman Yetna.
![]() |
Tahun ini, target BEI mendatangkan sekitar 57 perusahaan tercatat, sementara total target pencatatan efek di BEI pada tahun ini mencapai 75 termasuk efek lainnya seperti DIRE (dana investasi real estate), EBA (efek beragun aset), dan ETF (exchange traded fund), dan beberapa efek lainnya.
Dari total 55 emiten baru yang sudah tercatat tahun ini (tidak ada pertambahan lagi), PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) tercatat sebagai emiten dengan perolehan emisi terbesar yakni mencapai Rp 1,2 triliun dengan melepas 831 juta saham dengan harga IPO Rp 1.500/saham.
Sebagai gambaran, pada tahun 2018, BEI berhasil mencatat rekor jumlah perusahaan tertinggi sejak tahun 1992, di mana 55 perusahaan melantai di BEI. PT Phapros Tbk (PEHA) menjadi emiten pamungkas di 2018 yang mencatatkan saham perdana di BEI pada 26 Desember 2018.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular