Dikabarkan Dilepas Lippo Group, Begini Kinerja Matahari

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 December 2019 15:07
Dikabarkan Dilepas Lippo Group, Begini Kinerja Matahari
Foto: Detik Foto/ Agung Pambudhy

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) diterpa tekanan jual dengan intensitas yang begitu besar pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (23/12/2019).

Hingga berita ini diturunkan, data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, harga saham LPPF ambruk hingga 2,75% ke level Rp 4.250/unit. Hingga pukul 14:15 WIB saham LPPF sudah ditransaksikan sebanyak 9,01 juta unit. Jumlah tersebut setara dengan 86,2% dari rata-rata volume transaksi hariannya yang sebanyak 10,45 juta unit.

Saham LPPF dilego pelaku pasar menyusul klarifikasi dari Lippo Group terkait dengan kabar penjualan saham mereka di Matahari Department Store.

"Tidak benar Pak. Tidak benar bahwa saya mengonfirmasi hal tersebut di dalam roadshow," tegas Komisaris Matahari Departement Store dan Direktur Utama PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) John Riady kepada CNBC Indonesia, Senin pagi ini (23/12/2019).

Pernyataan ini juga sama dengan klarifikasinya pada 2 Oktober lalu soal kabar penjualan Matahari.

"Belum ada rencana sementara ini," kata John kala itu.

Sebelumnya, Lippo Group dikabarkan akan menjual saham Matahari Department Store ke investor strategis. Kabar tersebut ramai menyebar di kalangan pelaku pasar dan grup WhatsApp pasca digaungkan oleh salah satu sekuritas di Indonesia.

Sekuritas tersebut mengutip pernyataan John Riady selaku Komisaris Matahari Departement Store dan Direktur Utama Lippo Karawaci dalam non-deal roadshow belum lama ini.

"LPPF saat ini siap untuk dijual, menurut CEO perusahaan induknya, John Riady, selama non-deal roadshow regionalnya baru-baru ini," tulis riset CGS-CIMB.

Dalam riset tersebut disebutkan bahwa ada potensi kenaikan harga saham LPPF dari aksi korporasi ini. Apalagi, valuasi LPPF dinilai sangat menarik dengan Price Earnings Ratio (PER) pada tahun 2020 diprediksi sebesar 7 kali.

"Selain dari potensi naiknya penilaian penawaran, kami melihat potensi pemeringkatan ulang untuk LPPF mengingat valuasinya saat ini sebesar 7x FY2020F P/E ketika tidak lagi dikaitkan dengan nama Lippo dan masalah tata kelola perusahaan yang terkait dengan itu," tulis CGS-CIMB dalam riset tertanggal 16 Desember 2019, seperti dikutip CNBC Indonesia.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2019, pemegang saham LPPF untuk saham Seri C yakni Multipolar Tbk 16,57%, John Riady 0,00%, Andre Rumantir 0,00%, dan publik 78%. Untuk saham Seri A yakni dipegang Multipolar 0,04% dan Seri B saham LPPF dimiliki Multipolar 1,57%.

Sebagai catatan, merespons kabar bahwa Grup Lippo akan melepas kepemilikannya atas saham Matahari Departement Store, harga saham LPPF sudah melejit 18,11% di sepanjang pekan lalu.



Di kalangan pelaku pasar juga beredar kabar bahwa perusahaan ritel asal Thailand, Central Group, akan menjadi investor LPPF. Central Group sendiri merupakan perusahaan milik pengusaha Thailand Tiang Chirathivat. Perusahaan ini awalnya bermula dari sebuah toko kecil yang dikelola keluarganya di kota Bangkok pada awal tahun 1950-an.

Pada tahun 1956, Samrit Chirathivat yang merupakan putra dari Tiang Chirathivat memperluas bisnis ayahnya dengan mendirikan Central Department Store pertama di distrik Wangburapha, Bangkok.Usaha ritel milik keluarga ini terus berkembang dan hadir di sejumlah negara. Di Indonesia, Central Departement Store dapat ditemui di Grand Indonesia.

Riset yang dirilis salah satu sekuritas tertanggal 8 Oktober 2019 mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan yang atraktif dari LPPF dinilai akan menjadi daya tarik dan memicu spekulasi bahwa sejumlah department store berniat mengakuisisi perusahaan, termasuk juga private equity global. Tiga peritel yang disebut potensial untuk mengakuisisi Matahari Department Store adalah Lotte, AEON, dan Central.

Dikabarkan Dilepas Lippo Group, Begini Kinerja MatahariFoto: Chief Executive Officer PT. Lippo Karawaci, Tbk John Riady (CNBC Indonesia/Houtmand P. Saragih)


"Meskipun tidak ada kejelasan tentang kesepakatan [penjualan] dan sudah ada penolakan dari manajemen soal isu ini baru-baru ini, kami ingin memberikan beberapa pandangan tentang kemungkinan merger dan akuisisi [M&A] LPPF dan siapa pembeli yang kemungkinan mampu, serta beberapa analisis tentang transaksi M&A secara regional baru-baru ini," papar analis dari sebuah sekuritas dalam riset yang beredar di forum WhatsApp para analis pasar modal.


Di antara tiga peritel tersebut, Central disebut paling menjanjikan untuk mengakuisisi Matahari Department Store. Pasalnya, dua peritel lainnya masih dililit persoalan utang.

Berdasarkan analisis dari sekuritas tersebut, neraca AEON dan Lotte masih tertekan karena adanya utang yang besar (utang bersih/EBITDA pada tahun 2018: Lotte 7,2x, AEON 5,8x). Adapun Central Retail Group memiliki rasio utang bersih/EBITDA lebih rendah yakni sebesar 1,1x pada tahun 2018.

Untuk diiketahui, EBITDA merupakan singkatan dari earnings before interest, tax, depreciation, and amortization atau laba sebelum dikurangi beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Jadi, nilai EBITDA pasti lebih besar ketimbang laba bersih.


"Kami percaya Central adalah calon pembeli paling tepat mengingat punya neraca keuangan yang cukup untuk mengakuisisi dan mendapatkan premi yang lebih tinggi untuk penilaian LPPF di mana EV/EBITDA di bawah 8x dengan EV sebesar US$ 1,47 miliar," tulis mereka.

Setelah Central, peritel yang berpotensi mengakuisisi Matahari Department Store adalah Lotte asal Korea Selatan, mengingat cadangan kasnya cukup besar yakni senilai US$ 1,52 miliar. Sementara bagi AEON asal Jepang, dengan tingkat kas yang rendah dan leverage yang tinggi, perusahaan dinilai sebagai pihak yang paling tidak mungkin untuk mencaplok LPPF.

Hanya saja, riset sekuritas tersebut menilai bahwa potensi akuisisi Central atas Matahari Department Store terbebani dua rencana besar perusahaan. Saat ini, Central Retail berfokus pada upaya men-delisting Robinsons yang merupakan anak usahanya melalui penawaran tender. Kemudian, Central Retail sendiri berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada tahun depan.

Mengutip Bangkok Post tertanggal 3 Oktober silam, Central Retail Corporation Plc selaku anak usaha dari Central Group yang merupakan operator mal terbesar di Thailand, siap menawarkan saham gabungan sebanyak 2,23 miliar saham, di mana sebanyak 1,62 miliar di antaranya akan menjadi saham biasa baru sebagai bagian dari penawaran umum perdana.

Seperti yang sudah disebutkan di halaman pertama, riset yang dirilis salah satu sekuritas tertanggal 8 Oktober 2019 mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan yang atraktif dari LPPF dinilai akan menjadi daya tarik bagi calon investornya.

Faktanya, dari tahun ke tahun memang penjualan Matahari Department Store selalu tumbuh positif.

Per 9 bulan pertama tahun 2019, melansir data yang dipublikasikan oleh Refinitiv, penjualan dari Matahari Department Store tercatat senilai Rp 7,83 triliun, naik 0,67% jika dibandingkan capaian per 9 bulan pertama tahun 2018 yang senilai Rp 7,78 triliun.



Sayang, kinerja yang positif di pos penjualan tak selalu bisa diterjemahkan ke pos laba bersih. Walaupun dari tahun ke tahun penjualan Matahari Department Store selalu tumbuh positif, pada tahun 2017 dan 2018 justru laba bersihnya terkontraksi.

Pada tahun 2017, laba bersih perusahaan terkontraksi sebesar 5,58%. Sementara itu, pada tahun 2018 laba bersih perusahaan ambruk 42,46% menjadi Rp 1,1 triliun, dari yang sebelumnya Rp 1,91 triliun pada tahun 2017.



Aksi korporasi yang dilakukan perusahaan yakni melebur MatahariMall.com dengan Matahari.com yang sama-sama merupakan channel online resmi milik perusahaan menjadi penyebab di balik anjloknya laba bersih perusahaan pada tahun 2018.

Terhitung sejak tahun 2016 hingga 2017, perusahaan sudah menginvestasikan dana senilai Rp 769,77 miliar guna menebus 19.62% kepemilikan atas MatahariMall.com dari PT Global Ecommerce Indonesia. Sebagai informasi, PT Global Ecommerce Indonesia juga merupakan bagian dari Grup Lippo.


Namun kemudian, MatahariMall.com justru dilebur dengan Matahari.com yang juga merupakan channel online resmi milik perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai langkah rebranding dan untuk mengoptimalkan layanan omni-channel mereka.

Layanan omni-channel dapat diartikan sebagai penjualan multi-channel yang memastikan pelayanan terintegrasi antara gerai offline dan online untuk memberikan pengalaman pelanggan (customer experience) yang lebih baik.

Sebagai efek samping dari peleburan antara MatahariMall.com dengan Matahari.com, investasi atas MatahariMall.com senilai Rp 769,77 miliar diakui sebagai kerugian pada tahun lalu. Kerugian atas penurunan nilai investasi pada MatahariMall.com tersebut pada akhirnya membuat laba bersih perusahaan terkontraksi, terlepas dari penjualan yang sebenarnya naik tipis (2,21%).

Pada sembilan bulan pertama tahun 2019, tren koreksi laba bersih dari Matahari Department Store masih belum bisa disetop. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, laba bersih perusahaan hanya tercatat senilai Rp 1,19 triliun, mengimplikasikan penurunan sebesar 20,67% jika dibandingkan dengan capaian sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2018 yang senilai Rp 1,5 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular