
Ulasan 2019
Emas Tak Hanya Penyelamat, Tapi Juga Penambah Kekayaan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 December 2019 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Menuju akhir 2019, harga emas tidak banyak bergerak sejak pekan lalu, berada di kisaran US$ 1.469-1.481/troy ons. Terlihat tidak menarik memang, tetapi jika dilihat sejak awal tahun, emas sungguh berkilau.
Emas secara tradisional dianggap sebagai aset aman (safe haven), fungsingnya sebagai hedging atau lindung nilai saat terjadi gejolak finansial di pasar maupun geopolitik. Sederhananya, emas digunakan sebagai "penyelamat kekayaan" para investor ketika kondisi finansial maupun geopolitik sedang gonjang-ganjing.
Sepanjang tahun ini, hingga Jumat (20/12/2019) pekan lalu, harga emas mencatat kenaikan lebih dari 15% ke level US$ 1.477,95/troy ons. Di awal September lalu, harga emas sempat naik 21% ke US$ 1.557/troy ons, menjadi level tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir.
Kenaikan harga emas di tahun ini menjadi yang terbesar sejak tahun 2010, kala itu logam mulia ini melesat nyaris 30%, berdasarkan data Refinitiv. Yang menarik, kenaikan harga emas di tahun ini sejalan dengan kenaikan aset-aset berisiko. Tentunya hal tersebut berlawanan dengan fitrah emas sebagai aset safe haven, "penyelamat kekayaan".
Ketika aset-aset berisiko terus menguat, emas yang merupakan aset tanpa imbal hasil biasanya menjadi tidak menarik. Investor tentunya akan lebih memilih aset berisiko yang memberikan imbal hasil atau keuntungan yang jauh lebih tinggi.
Kenaikan aset-aset berisiko di tahun ini lebih "gila" dari emas, bursa saham AS sebagai kiblat pasar saham dunia mencatat kenaikan double digit. Indeks S&P 500 sepanjang tahun ini hingga akhir pekan lalu membukukan kenaikan 28,5% dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah 3.221,22. Kenaikan S&P 500 di tahun ini menjadi yang terbesar sejak tahun 2013.
Dengan kenaikan yang luar biasa tersebut, penguatan harga emas bisa dikatakan cukup impresif. Sehingga emas tidak hanya berperan sebagai aset safe haven, tetapi juga investasi yang menguntungkan dan menambah kekayaan hingga 15% di tahun ini, dengan asumsi berinvestasi di emas dunia sejak awal awal tahun.
Emas secara tradisional dianggap sebagai aset aman (safe haven), fungsingnya sebagai hedging atau lindung nilai saat terjadi gejolak finansial di pasar maupun geopolitik. Sederhananya, emas digunakan sebagai "penyelamat kekayaan" para investor ketika kondisi finansial maupun geopolitik sedang gonjang-ganjing.
Sepanjang tahun ini, hingga Jumat (20/12/2019) pekan lalu, harga emas mencatat kenaikan lebih dari 15% ke level US$ 1.477,95/troy ons. Di awal September lalu, harga emas sempat naik 21% ke US$ 1.557/troy ons, menjadi level tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir.
Kenaikan harga emas di tahun ini menjadi yang terbesar sejak tahun 2010, kala itu logam mulia ini melesat nyaris 30%, berdasarkan data Refinitiv. Yang menarik, kenaikan harga emas di tahun ini sejalan dengan kenaikan aset-aset berisiko. Tentunya hal tersebut berlawanan dengan fitrah emas sebagai aset safe haven, "penyelamat kekayaan".
Ketika aset-aset berisiko terus menguat, emas yang merupakan aset tanpa imbal hasil biasanya menjadi tidak menarik. Investor tentunya akan lebih memilih aset berisiko yang memberikan imbal hasil atau keuntungan yang jauh lebih tinggi.
Kenaikan aset-aset berisiko di tahun ini lebih "gila" dari emas, bursa saham AS sebagai kiblat pasar saham dunia mencatat kenaikan double digit. Indeks S&P 500 sepanjang tahun ini hingga akhir pekan lalu membukukan kenaikan 28,5% dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah 3.221,22. Kenaikan S&P 500 di tahun ini menjadi yang terbesar sejak tahun 2013.
Dengan kenaikan yang luar biasa tersebut, penguatan harga emas bisa dikatakan cukup impresif. Sehingga emas tidak hanya berperan sebagai aset safe haven, tetapi juga investasi yang menguntungkan dan menambah kekayaan hingga 15% di tahun ini, dengan asumsi berinvestasi di emas dunia sejak awal awal tahun.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular