
Dikerubuti Kabar Bagus, Wall Street Berpeluang Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berpeluang menguat pada perdagangan Jumat (13/12/2019) menyambut peluang kesepakatan AS dan China untuk meneken perjanjian dagang "fase pertama".
Pada pukul 04:30 waktu setempat, indeks futures Dow Jones Industrial Average naik 118 poin, mengindikasikan kenaikan lebih dari 93 poin. Di sisi lain, indeks futures S&P 500 dan Nasdaq 100 juga bergerak ke jalur hijau di pasar pra-pembukaan.
Wall Street berpeluang mencetak penguatan mingguan yang solid mengantisipasi kesepakatan tarif yang bakal diteken pada Minggu. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 0,7% sepanjang pekan sedangkan indeks Dow Jones telah tumbuh 0,4%.
CNBC International memberitakan bahwa China dan AS secara prinsip meneken kesepakatan dagang fase pertama. Sebagai bagian dari kesepakatan, AS akan mencabut tambahan tarif yang bakal diberlakukan pada Minggu.
AS juga mengajukan pemangkasan tarif atas produk China senilai total US$ 360 miliar hingga 50%. Seorang sumber yang menolak disebutkan identitasnya mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump fokus pada sebesar apa China bakal membeli produk pertanian AS.
"Hal ini sudah berlangsung berlarut-larut dan kita akhirnya mendengar kabar bagus... Namun pertanyaannya kemudian sejauh mana ini sudah terefleksi di pasar sekarang?," tutur Mike Wilson, Chief U.S. Equity Strategist Morgan Stanley.
Bursa berjangka saham AS juga mendapat sentimen positif dari hasil exit polls yang menunjukkan kemenangan partai Konservatif di Inggris, yang memberikan jalur lebar bagi Perdana Menteri Boris Johnson melanjutkan rencananya untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Kurs poundsteling melonjak lebih dari 2% terhadap dolar AS, menyentuh level terkuatnya sejak musim panas 2018.
Pelaku pasar bakal mencermati data penjualan ritel November, penjualan ritel inti (di luar otomotif) dan harga impor November. Inventori bisnis periode Oktober juga bakal dirilis pada hari ini.
Selain itu, pasar juga mencermati pidato Presiden Fed New York John Williams yang diperkirakan menyinggung kebijakan moneter AS ke depan, setelah suku bunga acuan Desember dipertahankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Selepas Cetak Rekor, Wall Street Masih Akan Menghijau