
Selepas Cetak Rekor, Wall Street Masih Akan Menghijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 July 2019 18:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca mencetak rekor pada perdagangan hari Jumat (12/7/2019), Wall Street masih akan melaju di zona hijau pada perdagangan hari ini.
Hingga pukul 17:15 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 8 poin pada saat pembukaan perdagangan nanti malam, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 1 dan 0,3 poin.
Pada hari Jumat, indeks Dow Jones ditutup melesat 0,9% ke level 27.332,03, indeks S&P 500 menguat 0,46% ke level 3.013,77, sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,59% ke level 8.244,14. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertingginya sepanjang masa.
Pada hari ini, sentimen positif bagi bursa saham Negeri Paman Sam datang dari optimisme bahwa perekonomian China sudah mulai bangkit. Hal ini terlihat dari data ekonomi yang dirilis pada hari ini.
Produksi industri China periode Juni 2019 diumumkan tumbuh sebesar 6,3%, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode Juni 2019 diumumkan melejit hingga 9,8% YoY, di atas konsensus yang sebesar 8,5%.
Kuatnya data ekonomi Juni memberi sinyal kuat bahwa tekanan terhadap ekonomi China pada kuartal II-2019 mengendur. Untuk periode kuartal II-2019, pertumbuhan ekonomi China berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir CNBC International.
Kala perekonomian China yang merupakan mitra dagang utama AS mulai bangkit, diharapkan bahwa perekonomian AS juga bisa dipacu untuk melaju secara kencang. Apalagi, damai dagang dengan China terlihat sudah semakin dekat.
Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan Juni, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Perbincangan mengenai telepon antara delegasi AS dan China kemudian digelar pada pekan lalu dan kemungkinan, negosiasi tatap muka akan segera digelar dalam waktu dekat.
"Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan berangkat ke Beijing dalam waktu dekat. Namun saat ini, menurut saya, kami sedang dalam masa tenang dalam bernegosiasi," ungkap Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
Jika kesepakatan dagang kedua negara bisa diteken, ada kemungkinan yang besar bahwa pengenaan bea masuk tersebut akan dicabut, baik secara bertahap maupun sekaligus.
Pada hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis kinerja keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Wall Street, di mana salah satunya adalah Citigroup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Rilis Kinerja Keuangan Kembali Tahan Laju Wall Street
Hingga pukul 17:15 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 8 poin pada saat pembukaan perdagangan nanti malam, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 1 dan 0,3 poin.
Pada hari Jumat, indeks Dow Jones ditutup melesat 0,9% ke level 27.332,03, indeks S&P 500 menguat 0,46% ke level 3.013,77, sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,59% ke level 8.244,14. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertingginya sepanjang masa.
Produksi industri China periode Juni 2019 diumumkan tumbuh sebesar 6,3%, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode Juni 2019 diumumkan melejit hingga 9,8% YoY, di atas konsensus yang sebesar 8,5%.
Kuatnya data ekonomi Juni memberi sinyal kuat bahwa tekanan terhadap ekonomi China pada kuartal II-2019 mengendur. Untuk periode kuartal II-2019, pertumbuhan ekonomi China berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir CNBC International.
Kala perekonomian China yang merupakan mitra dagang utama AS mulai bangkit, diharapkan bahwa perekonomian AS juga bisa dipacu untuk melaju secara kencang. Apalagi, damai dagang dengan China terlihat sudah semakin dekat.
Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan Juni, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Perbincangan mengenai telepon antara delegasi AS dan China kemudian digelar pada pekan lalu dan kemungkinan, negosiasi tatap muka akan segera digelar dalam waktu dekat.
"Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan berangkat ke Beijing dalam waktu dekat. Namun saat ini, menurut saya, kami sedang dalam masa tenang dalam bernegosiasi," ungkap Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.
Jika kesepakatan dagang kedua negara bisa diteken, ada kemungkinan yang besar bahwa pengenaan bea masuk tersebut akan dicabut, baik secara bertahap maupun sekaligus.
Pada hari ini, pelaku pasar akan mencermati rilis kinerja keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Wall Street, di mana salah satunya adalah Citigroup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Rilis Kinerja Keuangan Kembali Tahan Laju Wall Street
Most Popular