The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, Bursa Saham Asia Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 December 2019 09:06
Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (12/12/2019), di zona hijau.
Foto: REUTERS/Aaron P. Bernstein

Jakarta, CNBC Indonesia - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak mengawali perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (12/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei naik 0,25%, indeks Shanghai menguat 0,07%, indeks indeks Hang Seng terapresiasi 0,72%, indeks Straits Times terkerek 0,51%, dan indeks Kospi bertambah 0,69%.

Pelaku pasar merespons positif hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada hari Selasa waktu setempat (10/12/2019), The Fed memulai pertemuan yang berlangsung selama dua hari. Hasil dari pertemuan tersebut diumumkan pada dini hari tadi waktu Indonesia.


The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Keputusan ini sesuai dengan estimasi dari para ekonom bahwa federal funds rate akan dipertahankan di rentang 1,5%-1,75%.

Walaupun tak mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, pelaku pasar tetap merespons positif hasil pertemuan The Fed. Pasalnya, The Fed mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan akan terus dipertahankan di level saat ini di sepanjang tahun 2020 alias tak akan dinaikkan.

Dalam pernyataan pascamengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan, para pejabat The Fed mengungkapkan bahwa kebijakan moneter kemungkinan akan tetap berada di posisi saat ini untuk jangka waktu yang belum ditentukan.

Lebih lanjut, perkembangan terkait perang dagang AS-China yang menggembirakan ikut menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.


Wall Street Journal melaporkan bahwa AS berencana untuk menunda pengenaan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China yang dijadwalkan akan mulai berlaku pada 15 Desember mendatang, seperti dilansir CNBC International. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini mencapai US$ 160 miliar.

Ditundanya pengenaan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China tersebut dilakukan oleh AS seiring dengan upaya yang tengah dilakukan kedua belah pihak untuk memfinalisasi kesepakatan dagang tahap satu.

Pejabat AS dikabarkan telah meminta China untuk terlebih dulu membeli produk-produk agrikultur asal AS sebelum kemudian meneken kesepakatan dagang tahap satu dengan pihaknya. Di sisi lain, pihak China meminta supaya pembelian produk agrikultur asal AS yang akan mereka lakukan memiliki nilai yang proporsional dengan besaran penghapusan bea masuk tambahan yang dilakukan oleh Washington.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(ank/ank) Next Article The Fed Bikin 'Kaget', Bursa Saham Asia Berguguran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular