The Fed Kecewakan Pelaku Pasar, Bursa Saham Asia Berguguran

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 August 2019 17:11
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini di zona merah.
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini di zona merah: indeks Shanghai jatuh 0,81%, indeks Hang Seng melemah 0,76%, indeks Straits Times terkoreksi 0,27%, dan indeks Kospi berkurang 0,36%.

Sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS dini hari tadi (31 Juli waktu AS) mengumumkan tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 2%-2,25%. Ini merupakan pemangkasan pertama sejak tahun 2008 silam, tetapi keputusan The Fed kali ini tak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.

Melansir CNBC International, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dengan dasar adanya dampak negatif dari perkembangan ekonomi dunia bagi prospek perekonomian, serta rendahnya tekanan inflasi.

Dalam rilis resminya, The Fed membuka pintu pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut dengan mengatakan bahwa pihaknya akan "bertindak sebagaimana mestinya untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi".

Namun, yang menjadi masalah adalah kala Jerome Powell selaku Gubernur The Fed menggelar konferensi pers. Dalam konferesi pers, Powell menyebut bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada dini hari tadi hanyalah sebuah "penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment".

Powell menjelaskan bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif," kata Powell, dilansir dari CNBC International.

"Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat."

Padahal, sebelumnya pelaku pasar berharap bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan yang begitu dovish. Dikhawatirkan, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan oleh The Fed akan membuat perekonomian AS mengalami yang namanya hard landing.

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

Kala AS yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia mengalami hard landing, tentulah perekonomian negara-negara lain, termasuk Indonesia, juga akan mendapatkan tekanan yang signifikan.

Kekecewaan pelaku pasar terhadap hasil pertemuan The Fed membuat sentimen positif yang ada menjadi gagal untuk mengerek kinerja bursa saham Asia. Pada pagi hari ini, Manufacturing PMI China versi Caixin untuk periode Juli 2019 diumumkan di level 49,9.

Memang, angkanya masih berada di bawah 50 yang berarti aktivitas manufaktur pada bulan Juli mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan Juli. Namun, Manufacturing PMI China berada di atas konsensus yang sebesar 49,6, seperti dilansir dari Trading Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article The Fed Tahan Bunga Acuan & Corona Mewabah, Bursa Asia Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular