Newsletter

The Fed Tak Pangkas Suku Bunga, Saatnya Pantau AS-China Lagi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 December 2019 06:33
The Fed Tak Pangkas Suku Bunga, Saatnya Pantau AS-China Lagi
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Berbeda dengan dua periode perdagangan sebelumnya, kemarin pasar keuangan tanah air kompak ditutup terkoreksi. Koreksi terjadi di tengah penantian apakah penerapan tarif baru terhadap produk impor asal China akan terjadi 15 Desember nanti.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis 0,06% ke level 6.189,1 pada perdagangan kemarin, Rabu (11/12/2019). IHSG menjadi salah satu dari tiga bursa utama kawasan Asia dengan kinerja terburuk.


Bersama IHSG, indeks SETi dan indeks Nikkei225 menutup perdagangan kemarin di zona merah. Bahkan bisa dibilang IHSG merupakan bursa saham di kawasan Benua Kuning dengan kinerja terburuk kedua setelah Jepang.



Setelah mengalami penguatan empat hari beruntun, nilai tukar rupiah terhadap dolar akhirnya ditutup melemah. Mata uang Garuda terdepresiasi 0,18% pada perdagangan kemarin dan menyentuh level Rp 14.030/US$.

Memang perdagangan kemarin diwarnai dengan pelemahan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar. Namun kinerja rupiah tak bisa dibilang moncer. Pasalnya, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua di Benua Kuning setelah won.



Di pasar obligasi pemerintah, koreksi harga juga tak terelakkan. Hal itu tercermin dari kenaikan imbal hasil empat seri surat utang yang menjadi acuan. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 dan FR0079 yang masing-masing bertenor 10 dan 20 tahun.



Melemahnya pasar keuangan dalam negeri terjadi di tengah penantian kelanjutan negosiasi dagang AS-China. Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa AS berencana untuk menunda penerapan tarif untuk produk impor asal China 15 Desember nanti.

The Wall Street Journal pada Selasa melaporkan bahwa rencana penundaan tarif tambahan tersebut dilakukan guna memuluskan tercapainya kesepakatan. Tak bisa dipungkiri dalam kurun waktu hampir dua tahun ini perang dagang telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Perang dagang masih menjadi ladang ranjau terbesar, tapi yang bisa dilakukan adalah mengikuti harga dan berharap akan ada resolusi," tutur Chief Investment Strategist Capital Wealth Planning Jeff Saut, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Dari bursa tanah air nilai transaksi harian pekan ini juga tak jauh-jauh dari Rp 6 triliun dengan asing membukukan aksi jual bersih Rp 109,7 miliar pada perdagangan Rabu (11/12/2019).

[Gambas:Video CNBC]

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama bursa Paman Sam kompak ditutup mengalami penguatan moderat setelah bank sentral AS mengumumkan tak ada perubahan pada tingkat suku bunga acuan.

Indeks Dow Jones (DJIA) naik 29,58 poin atau tumbuh 0,11% ke level 27.911,3. Indeks S&P 500 menguat 9,11 poin atau terapresiasi 0,29% ke level 3.141,6. Sementara indeks komposit Nasdaq ditutup tumbuh 37,87 poin atau terkerek 0,44% ke level 8.654,05.

Mengawali perdagangan tiga indeks utama sempat grogi dan dibuka melemah tipis. Namun setelah ada kepastian dari The Fed, Wall Street akhirnya ditutup menghijau.

Setelah dua hari menggelar pertemuan, bank sentral AS akhirnya memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan seperti yang diharapkan pasar. The Fed memutuskan Fed Fund Rate tetap di kisaran 1,5%-1,75%.

Sebelumnya berdasarkan kontrak fed fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas The Fed akan menahan suku bunga acuan di posisi 1,5%-1,75% berada di level 97,8%.

Di sepanjang tahun 2019, bank sentral AS telah memangkas suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Terhitung sejak Juli-Oktober, The Fed telah memangkas suku bunga acuan masing-masing 25 bps.

Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global dan inflasi yang rendah jadi pertimbangan The Fed memangkas suku bunga acuan hingga 75 bps tersebut.

Namun The Fed mengisyaratkan tidak ada rencana untuk kembali memangkas Fed fund Rates di tahun 2020 nanti. The Fed menilai kebijakan moneter saat ini sudah tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi mendekati target 2%.

"Anda melihat The Fed yang optimis" kata Karl Schamotta kepala strategi pasar Cambridge Global Payments di Toronto. "Nada yang Anda lihat dalam proyeksi ekonomi menunjukkan mereka percaya sudah mengambil langkah yang tepat" tambahnya, melansir Reuters.

Setelah The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di posisi sekarang, maka investor dapat lebih fokus pada hubungan AS-China. Apalagi tenggat waktu penerapan tarif baru semakin dekat. Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati beberapa sentimen. Pertama tentu apresiasi yang terjadi di bursa saham Paman Sam menjadi kabar yang menggembirakan. Harapannya, penguatan tiga indeks saham Wall Street akan menjangkiti bursa Asia terutama Indonesia.

Setelah The Fed tak pangkas suku bunga acuan, kini investor dapat lebih fokus ke hubungan AS-China. Tanggal penerapan tarif baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 160 miliar semakin dekat. Tinggal tiga hari lagi menuju tanggal tersebut atau tepatnya pada 15 Desember.

Kabar terbaru dari The Wall Street Journal menyebut bahwa ada upaya AS untuk menunda penerapan tarif demi memuluskan kesepakatan. Namun jika dicermati lebih lanjut, belum ada keputusan resmi terkait hal ini.

Presiden AS Donald Trump memiliki waktu beberapa hari lagi untuk memutuskan apakah akan mengenakan tarif pada barang-barang konsumen Cina hanya beberapa minggu sebelum Natal.

Penasihat ekonomi dan perdagangan Gedung Putih, termasuk Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, Larry Kudlow, Peter Navarro, dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin diperkirakan akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dalam beberapa hari mendatang untuk membahas mengenai keputusan itu. Sampai saat ini masih belum ada kejelasan tentang keputusan apa yang akan diambil.

Terakhir, Washington sedang meletakkan dasar untuk penundaan dalam tarif terbaru, yang dijadwalkan mulai berlaku pada 15 Desember, tetapi keputusan akhir belum dibuat, mengutip Reuters.

Jika pemerintahan Trump tak segera bertindak, maka tarif akan secara otomatis berlaku, kata salah seorang pakar perdagangan.

"Kecuali jika USTR (Perwakilan Dagang AS) mengeluarkan pemberitahuan terkait modifikasi untuk tarif ini. Tarif itu akan mulai berlaku pada 15 Desember sesuai jadwal." kata Tami Overby, direktur senior di McLarty Associates, seorang konsultan perdagangan yang berbasis di Washington.

Larry Kudlow selaku direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, juga mengatakan Selasa malam belum ada keputusan yang dibuat.

"Kenyataannya adalah tarif 15 Desember masih di atas meja dan presiden telah mengindikasikan jika pukulan pendek yang tersisa dalam negosiasi tidak sesuai dengan keinginannya maka tarif tersebut dapat kembali ke tempatnya," kata Kudlow di konferensi Wall Street Journal.

Sebelum keputusan secara resmi dibuat dan diumumkan maka pelaku pasar masih harus fokus pada persoalan ini. Berikut adalah rilis data ekonomi dari berbagai negara dunia yang rilis hari ini dan perlu investor cermati :
• Proyeksi Ekonomi AS oleh Federal Open Market Committee (02.00 WIB)
• Kebijakan Suku Bunga Acuan AS (02.00 WIB)
• Kebijakan Suku Bunga Acuan Hong Kong (07.30 WIB)
• Rilis Data Inflasi Jerman (14.00 WIB)
• Rilis Data Pengangguran AS/ US Continuing Jobless Claims November (20.30 WIB)

Berikut adalah agenda korporasi yang dijadwalkan berlangsung hari ini :
• RUPSLB PT Anabatic Technologies Tbk (10.00 WIB)
• RUPSLB PT FKS Multi Agro Tbk (14.00 WIB)
• RUPSLB PT Mustika Ratu Tbk (14.00 WIB)
• RUPSLB PT FKS Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (14.00 WIB)
• RUPSLB PT Steadfast Marine Tbk (14.00 WIB)

Berikut adalah indikator perekonomian nasional :

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (3Q-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (November 2019 YoY)

3%

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Oktober 2019)

5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (3Q-2019)

-2,7% PDB

Neraca pembayaran (3Q-2019)

-US$ 46 juta



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular