
Jerome Powell Bakal Bikin Investor Asing Buru SUN!
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 December 2019 09:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi rupiah pemerintah diprediksi akan menguat hari ini, Kamis (12/12/2019), dan akan disertai dengan masuknya dana investasi investor asing dalam waktu dekat terkait dengan prospek suku bunga Amerika Serikat (AS).
Kemarin waktu setempat, Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika, menyatakan bahwa suku bunga acuan The Fed berpotensi tidak akan turun lagi tahun depan kecuali jika inflasi Negeri Paman Sam meningkat tajam.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai respons pelaku pasar di Wall Street semalam menunjukkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek kebijakan moneter tersebut, termasuk dengan turunnya tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.
Menurut dia, penurunan yield US Treasury tersebut sudah membuat selisih (spread) instrumen itu dengan surat utang negara (SUN) rupiah melebar menjadi 535 basis poin (bps), di atas rerata spread November 523 bps.
"Karena itu, melebarnya spread dapat membuka kemungkinan adanya arus dana asing masuk ke pasar, menambah dampak positif pada pasar obligasi Indonesia," ujar Ariawan dan tim dalam risetnya hari ini (12/12/19).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Dengan adanya potensi penguatan pasar dalam jangka pendek, maka Ariawan menilai SUN seri menengah dan panjang seperti FR0081, FR0082, FR0080, dan FR0083 dapat menjadi lebih menarik untuk menjadi incaran transaksi hari ini.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,34 triliun SBN, atau 38,61% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 10 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,09 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 2,07 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 540 miliar.
Ariawan menambahkan bahwa posisi investor asing di pasar SUN menunjukkan masih masuknya investor asing dan sekaligus menunjukkan masih menariknya obligasi rupiah di hadapan investor asing.
Faktor utama pertimbangan investor, lanjutnya, adalah menariknya return yang ditawarkan yang diperkuat ekonomi Indonesia yang solid serta inflasi yang terkendali serta stabilnya pergerakan rupiah.
Sementara itu, dia menilai bahwa yield negatif pada beberapa obligasi pemerintah negara Eropa juga meningkatkan tingkat keseksian obligasi Indonesia di mata investor asing. Menurutnya, sebagian besar investor asing yang membeli SUN adalah Eropa (42,5% dari total investor) dan Asia (34,4%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Kemarin waktu setempat, Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika, menyatakan bahwa suku bunga acuan The Fed berpotensi tidak akan turun lagi tahun depan kecuali jika inflasi Negeri Paman Sam meningkat tajam.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai respons pelaku pasar di Wall Street semalam menunjukkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek kebijakan moneter tersebut, termasuk dengan turunnya tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.
Menurut dia, penurunan yield US Treasury tersebut sudah membuat selisih (spread) instrumen itu dengan surat utang negara (SUN) rupiah melebar menjadi 535 basis poin (bps), di atas rerata spread November 523 bps.
"Karena itu, melebarnya spread dapat membuka kemungkinan adanya arus dana asing masuk ke pasar, menambah dampak positif pada pasar obligasi Indonesia," ujar Ariawan dan tim dalam risetnya hari ini (12/12/19).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Dengan adanya potensi penguatan pasar dalam jangka pendek, maka Ariawan menilai SUN seri menengah dan panjang seperti FR0081, FR0082, FR0080, dan FR0083 dapat menjadi lebih menarik untuk menjadi incaran transaksi hari ini.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.068,34 triliun SBN, atau 38,61% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 10 Desember.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,09 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 2,07 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 540 miliar.
Ariawan menambahkan bahwa posisi investor asing di pasar SUN menunjukkan masih masuknya investor asing dan sekaligus menunjukkan masih menariknya obligasi rupiah di hadapan investor asing.
Faktor utama pertimbangan investor, lanjutnya, adalah menariknya return yang ditawarkan yang diperkuat ekonomi Indonesia yang solid serta inflasi yang terkendali serta stabilnya pergerakan rupiah.
Sementara itu, dia menilai bahwa yield negatif pada beberapa obligasi pemerintah negara Eropa juga meningkatkan tingkat keseksian obligasi Indonesia di mata investor asing. Menurutnya, sebagian besar investor asing yang membeli SUN adalah Eropa (42,5% dari total investor) dan Asia (34,4%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular