H-1 Pemilu, Poundsterling Terpeleset Tapi Perlahan Bangkit

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 December 2019 21:11
hasil polling terbaru menunjukkan bagaimana dinamisnya situasi politik di Negeri Ratu Elizabeth, yang membuat mata uangnya naik turun.
Foto: Ilustrasi mata uang poundsterling (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling (GBP) menguat memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) pada Rabu (11/12/2019), setelah sebelumnya di sesi Asia sempat terpeleset lumayan dalam.

Sehari menjelang Pemilihan Umum Inggris, hasil polling terbaru menunjukkan bagaimana dinamisnya situasi politik di Negeri Ratu Elizabeth, yang membuat mata uangnya naik-turun. Pada pukul 20:45 WIB, GBP 1 setara dengan US$ 1,3169, poundsterling menguat 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sementara itu, di awal perdagangan sesi Asia 0,38% ke US$ 1,3104.



Pelemahan poundsterling di awal perdagangan hari ini dipicu oleh hasil polling YouGov yang memprediksi keunggulan Partai Konservatif kini menipis. Hasil survei menunjukkan partai yang juga disebut Tory ini akan meraih kursi parlemen sebanyak 337 dari 650 kursi. Jumlah tersebut menurun dibandingkan hasil polling dua pekan lalu sebanyak 359 kursi.

Selain itu, YouGov mengatakan hasil polling tersebut juga menunjukkan adanya kemungkinan hung parliament, atau tidak ada satupun partai yang meraih suara mayoritas .

Poundsterling langsung melemah merespon rilis tersebut, maklum saja jika terjadi hung parliament maka kejadiannya akan sama dengan tahun 2017 lalu. Kondisi politik Inggris menjadi kurang kondusif, dan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa mundur lebih lama lagi.



Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Jika Partai Konservatif memenangi Pemilu dan meraih suara mayoritas di parlemen, maka hambatan proses Brexit akan berkurang.

Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.



Analis dari Bank ING memberikan prediksi arah pergerakan poundsterling merespon hasil Pemilu Inggris.

Mata uang Negeri John Bull diprediksi akan menguat ke US$ 1,35 jika Partai Konservatif menguasai kursi mayoritas parlemen dengan jumlah besar. Jika jumlah kursinya lebih sedikit tetapi tetap mayoritas, poundsterling diprediksi menguat ke US$ 1,33. Sementara jika terjadi hung parliament, poundsterling diprediksi akan anjlok ke US$ 1,26.

Sementara jika oposisi, Partai Buruh, yang menguasai kursi mayoritas parlemen, poundsterling akan anjlok ke US$ 1,24, kata analis tersebut sebagaimana dilansir Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular