
Top! Goldman Sachs Sebut Rupiah Jadi Investasi Bagus di 2020
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 December 2019 17:13

Jakarta, CNBC Indonesia- Kabar baik bagi rupiah, salah satu bank investasi ternama global, Goldman Sachs memprediksi rupiah akan menguat pada tahun 2020. CNBC International mewartakan, analis dari Goldman Sachs melihat "peluang yang besar" bagi rupiah di tahun 2020.
"Jika investor berinvestasi, anda tahu aset di Indonesia memiliki yield cukup tinggi, dengan kondisi makroekonomi dan pertumbuhan global yang relatif stabil, kami pikir ini [aset di Indonesia] cukup menarik untuk dimainkan" kata Zach Pandl, co-head mata uang global, suku bunga, dan strategi negara berkembang di Goldman Sachs, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (11/12/2019).
Dari sisi domestik, Pandl mengatakan Indonesia merupakan "sebuah cerita mengenai stabilitas".
"Anda memiliki pertumbuhan yang stabil. Anda memiliki gambaran pemerintahan yang cukup bagus dan anda memiliki bank sentral yang terus mencoba mempertahankan nilai tukar mata uang agar tetap stabil" ujar Pandl.
Rupiah pada perdagangan hari ini mengakhiri perdagangan di level Rp 14.030/US$, melemah 0,18% setelah mencatat penguatan empat hari beruntun dengan total 0,67%.
Sepanjang tahun ini atau secara year to date, rupiah masih mencatat penguatan 2,33% melawan dolar AS, berdasarkan data Refinitiv.
Kondisi ekonomi global yang sedikit lebih baik, serta perundingan dagang AS-China yang berada di jalur yang tetap membuat Goldman lebih nyaman untuk berinvestasi di rupiah.
"Itu [kondisi ekonomi global] membuat kita nyaman memindahkan sebagian investasi ke beberapa mata uang negara berkembang yang yang sebelumnya kami hindari" ujar Pandl.
Selain karena yield tinggi yang diberikan, Pandl mengatakan rupiah juga layak menjadi salah satu target investasi melihat peluang dinaikkannya peringkat utang Indonesia.
"Itu [kenaikan peringkat utang] belum kami perhitungkan dan kami tetap berpikir untuk mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah Indonesia, didanai dengan aset ber-yield rendah seperti dolar Taiwan atau euro, berinvestasi di rupiah bisa memberikan peluang return 10% atau sedikit lebih tinggi pada tahun depan" kata Pandl sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
"Jika investor berinvestasi, anda tahu aset di Indonesia memiliki yield cukup tinggi, dengan kondisi makroekonomi dan pertumbuhan global yang relatif stabil, kami pikir ini [aset di Indonesia] cukup menarik untuk dimainkan" kata Zach Pandl, co-head mata uang global, suku bunga, dan strategi negara berkembang di Goldman Sachs, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (11/12/2019).
Dari sisi domestik, Pandl mengatakan Indonesia merupakan "sebuah cerita mengenai stabilitas".
"Anda memiliki pertumbuhan yang stabil. Anda memiliki gambaran pemerintahan yang cukup bagus dan anda memiliki bank sentral yang terus mencoba mempertahankan nilai tukar mata uang agar tetap stabil" ujar Pandl.
Rupiah pada perdagangan hari ini mengakhiri perdagangan di level Rp 14.030/US$, melemah 0,18% setelah mencatat penguatan empat hari beruntun dengan total 0,67%.
Sepanjang tahun ini atau secara year to date, rupiah masih mencatat penguatan 2,33% melawan dolar AS, berdasarkan data Refinitiv.
Kondisi ekonomi global yang sedikit lebih baik, serta perundingan dagang AS-China yang berada di jalur yang tetap membuat Goldman lebih nyaman untuk berinvestasi di rupiah.
"Itu [kondisi ekonomi global] membuat kita nyaman memindahkan sebagian investasi ke beberapa mata uang negara berkembang yang yang sebelumnya kami hindari" ujar Pandl.
Selain karena yield tinggi yang diberikan, Pandl mengatakan rupiah juga layak menjadi salah satu target investasi melihat peluang dinaikkannya peringkat utang Indonesia.
"Itu [kenaikan peringkat utang] belum kami perhitungkan dan kami tetap berpikir untuk mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah Indonesia, didanai dengan aset ber-yield rendah seperti dolar Taiwan atau euro, berinvestasi di rupiah bisa memberikan peluang return 10% atau sedikit lebih tinggi pada tahun depan" kata Pandl sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular