Ramal Rupiah ke Bawah Rp 10.000/Dolar AS, Luhut Asal Bicara?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2019 13:30
Transaksi Berjalan Tak Lagi Surplus
Foto: Infografis/Luhut Yakin Rupiah Bisa Rp 10.000/US$/Arie Pratama

Lebih lanjut, jika berbicara mengenai rupiah, ada indikator lain yang juga penting selain angka pertumbuhan ekonomi. Indikator yang dimaksud adalah transaksi berjalan/current account.

Sebagai informasi, transaksi berjalan merupakan bagian dari neraca pembayaran. Neraca pembayaran sendiri merupakan indikator yang mengukur arus devisa (mata uang asing) yang masuk dan keluar dari tanah air.

Jika nilainya positif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke tanah air. Sementara jika nilainya negatif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke luar Indonesia.

Angka NPI menjadi sangat penting lantaran akan mempengaruhi posisi rupiah di hadapan dolar AS. Kala NPI positif, maka rupiah akan cenderung kuat. Sebaliknya, kala NPI negatif, maka rupiah akan cenderung lemah.

Namun, jika berbicara mengenai rupiah, sejatinya transaksi berjalan bisa dikatakan lebih penting dari neraca pembayaran itu sendiri. Secara definisi, transaksi berjalan menggambarkan arus masuk-keluar devisa yang datang dari tiga hal: ekspor-impor barang dan jasa, pendapatan primer, dan pendapatan sekunder.

Pos pendapatan primer meliputi transaksi penerimaan dan pembayaran kompensasi tenaga kerja, beserta dengan arus devisa dari hasil investasi (baik itu investasi langsung, investasi portofolio, maupun investasi lainnya).

Kemudian, pos pendapatan sekunder mencakup penerimaan dan pembayaran transfer berjalan oleh sektor pemerintah dan sektor lainnya. Pos pendapatan sekunder mencakup pula transfer dari tenaga kerja (remitansi).

Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.


Di tahun 2010 dan 2011, transaksi berjalan Indonesia selalu positif. Berdasarkan data yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI), transaksi berjalan pada tahun 2010 dan 2011 membukukan surplus masing-masing sebesar 0,67% dan 0,19% dari PDB.

Pada tahun 2012, transaksi berjalan memburuk menjadi defisit senilai US$ 24,4 miliar atau setara dengan 2,65% dari PDB. Transaksi berjalan yang defisit sering disebut dengan istilah current account deficit/CAD.

Pada tahun 2013 kala rupiah akhirnya menembus level psikologis Rp 10.000/dolar AS, CAD yang membengkak menjadi 3,19% dari PDB menjadi biang keladi utamanya.

Di tahun-tahun berikutnya, transaksi berjalan tak pernah lagi membukukan surplus. Bahkan, defisit pada tahun 2018 mencapai 2,93% dari PDB, menandai defisit terparah dalam empat tahun.



Dari pemaparan di atas, bisa dilihat bahwa posisi transaksi berjalan yang bisa menopang rupiah untuk bergerak di bawah level Rp 10.000/dolar AS adalah transaksi berjalan yang surplus.

Dengan melihat posisi defisit terakhir di kuartal III-2019 yang masih berada di level 2,66% dari PDB, agaknya sulit untuk memutarbalikkan transaksi berjalan menjadi surplus.

(ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular