
Data Tenaga Kerja AS "Menggila", Harga Emas Langsung Jeblok
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 December 2019 22:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global jeblok memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Jumat (6/12/2019). Rilis data tenaga kerja AS yang "gila" memberikan tekanan hebat bagi logam mulia ini. Harga emas langsung merosot 1,02% ke level US$ 1.460,73/troy ons di pasar spot pukul 21:43 WIB, melansir data Refinitiv.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang November perekonomian AS mampu menyerap 266.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober sebanyak 156.000 tenaga kerja, dan jauh lebih tinggi dari konsensus Trading Economics sebesar 180.000 tenaga kerja.
NFP di bulan November tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak bulan Januari lalu. Data ini bisa disebut "gila" jika melihat rilis data oleh Automatic Data Processing Inc. (ADP) pada Rabu lalu yang melaporkan sektor swasta AS menyerap tenaga kerja hanya sebanyak 67.000 orang.
Data dari ADP tersebut biasanya digunakan untuk memprediksi berapa jumlah NFP yang akan dilaporkan oleh Pemerintah AS. Perbedaan yang sangat signifkan antara data dari ADP dengan data dari Pemerintah tentunya sangat "gila". Belum lagi jika melihat tingkat pengangguran Negeri Paman Sam yang dilaporkan di 3,5% di bulan November.
Tingkat pengangguran tersebut turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 3,6%, menyamai catatan di bulan September, dan merupakan yang terendah sejak tahun 1969.
Hanya satu data yang kurang bagus yakni rata-rata upah per jam yang naik 0,2% month-on-month (MoM) lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%. Seandainya data ini juga dilaporkan lebih tinggi dari konsensus, tekanan bagi emas akan semakin hebat.
Untuk diketahui, data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Rilis data yang impresif ini tentunya menguatkan sikap The Fed untuk tidak lagi memangkas suku bunga.
Sepanjang tahun ini The Fed sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali, dan menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.
Suku bunga The Fed saat 1,5-1,75%, terakhir kali dipangkas pada akhir Oktober lalu. Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir, suku bunga tidak akan lagi dipangkas, kecuali kondisi ekonomi memburuk.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang November perekonomian AS mampu menyerap 266.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober sebanyak 156.000 tenaga kerja, dan jauh lebih tinggi dari konsensus Trading Economics sebesar 180.000 tenaga kerja.
Data dari ADP tersebut biasanya digunakan untuk memprediksi berapa jumlah NFP yang akan dilaporkan oleh Pemerintah AS. Perbedaan yang sangat signifkan antara data dari ADP dengan data dari Pemerintah tentunya sangat "gila". Belum lagi jika melihat tingkat pengangguran Negeri Paman Sam yang dilaporkan di 3,5% di bulan November.
Tingkat pengangguran tersebut turun dibandingkan bulan Oktober sebesar 3,6%, menyamai catatan di bulan September, dan merupakan yang terendah sejak tahun 1969.
Hanya satu data yang kurang bagus yakni rata-rata upah per jam yang naik 0,2% month-on-month (MoM) lebih rendah dari konsensus Trading Economics sebesar 0,3%. Seandainya data ini juga dilaporkan lebih tinggi dari konsensus, tekanan bagi emas akan semakin hebat.
Untuk diketahui, data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Rilis data yang impresif ini tentunya menguatkan sikap The Fed untuk tidak lagi memangkas suku bunga.
Sepanjang tahun ini The Fed sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali, dan menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.
Suku bunga The Fed saat 1,5-1,75%, terakhir kali dipangkas pada akhir Oktober lalu. Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir, suku bunga tidak akan lagi dipangkas, kecuali kondisi ekonomi memburuk.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular