Saham Lapis Kedua & Ketiga Sepi Transaksi, BEI: Kami Monitor

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
06 December 2019 17:56
Nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan 6 produk reksa dana PT Minna Padi Aset Manajemen dan melakukan suspensi atas produk PT Narada Aset Manajemen.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (6/12/2019), transaksi harian di BEI hanya mencapai Rp 6,38 triliun dari rerata transaksi 10 bulan pertama tahun ini Rp 9,46 triliun/hari dan bahkan masih di bawah rerata nilai transaksi tahun lalu Rp 8,5 triliun/hari dan rerata transaksi 2017 Rp 7,6 triliun/hari.

Analis PT Binaartha Sekuritas, M Nafan Ahi Gusta Utama menjelaskan, penurunan transaksi ini tak lain disebabkan karena anggota bursa (AB) cenderung berhati-hati melakukan transaksi di saham-saham lapis kedua dan ketiga karena volatilitas yang sangat tinggi imbas terkuaknya kasus pembekuan 6 produk reksa dana.


"Investor juga cenderung berhati-hati, kembali ke saham-saham blue chips [unggulan] di Indeks LQ-45," kata Nafan kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/12/2019).

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa (AB) Bursa Efek Indonesia Laksono Widodo mengatakan transaksi yang lebih hati-hati banyak dilakukan broker di saham-saham second liner (lapis kedua) dan third liner (lapis ketiga).

Namun demikian, kata Laksono, otoritas bursa akan terus memantau kondisi pasar pascaterkuaknya kasus gagal bayar Narada Aset Manajemen. Tapi ia menegaskan, hingga saat ini belum ada perusahaan sekuritas yang disuspensi oleh BEI.


"Kami terus memonitor kondisinya," kata Laksono Widodo, Kamis di BEI, (5/12/2019).

Sekadar mengingatkan, dari data Infovesta Utama, tercatat ada 18 produk reksa dana berkinerja negatif dengan level yang ekstrim, yaitu imbal hasil (return) ambles di atas 30% sejak awal November ini.

Dari jumlah tersebut, ada 10 produk dengan kinerja terburuk, empat di antaranya adalah reksa dana yang dikelola Narada Aset Manajemen, dua adalah kelolaan PT Asia Raya Kapital, dan sisanya dibentuk oleh beberapa manajer investasi lain.

Apa dampak bersih-bersih OJK ke industri reksa dana?

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Bersih-bersih OJK: Setelah Narada, Giliran Pratama Capital

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular