
Belum Genap 3 Minggu, Saham LUCK Kena Suspensi Lagi
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 December 2019 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurang dari 3 (tiga) minggu setelah perdagangan dibuka, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) hari ini (6/12/2019), baik di pasar reguler maupun pasar tunai.
"Sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan pada saham LUCK, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham," tulis manajemen BEI, diwakili Kadiv Pengawasan Transaksi BEI Lidia M Panjaitan dan Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, Irvan Susandy, dikutip Kamis (21/11/2019).
Saat ini, BEI masih mencermati perkembangan pola transaksi saham ini sehingga investor diharapkan memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi BEI.
Selain itu investor juga diminta mencermati kinerja perusahaan dan keterbukaan informasinya sebelum melakukan pengambilan keputusan.
Dari grafik di atas terlihat pada perdagangan Senin (2/12/2019) hingga Kamis kemarin (5/12/2019) harga saham LUCK mencatatkan koreksi 20,17%. Sedangkan dalam 3 bulan terakhir, harga saham perusahaan sudah anjlok hingga 71,53%.
Dengan keputusan hari ini, maka harga saham LUCK sudah tiga kali dihentikan sementara perdagangannya oleh BEI, dua karena penurunan harga saham yang signifikan dan satu karena kenaikan harga yang signifikan.
Pada 8 Juli 2019, saham perusahaan disuspensi karena terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari grafik di atas yang menunjukkan pada akhir bulan Mei hingga awal Juli, harga saham LUCK meruket lebih dari 80%. Kemudian, sejak akhir Juli, perusahaan terus mencatatkan tren penurunan harga.
Lebih lanjut, manajemen perusahaan pada dasarnya sempat menggelar paparan publk insidentil pada 18 November 2019 saat saham perusahaan masuk radar BEI dan beredar kabar bahwa amblasnya harga saham terkait dengan kasus PT Narada Aset Manajemen yang tengah disuspensi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Direktur Utama Sentral Mitra, Josephine Handayani Hidajat, dalam gelaran paparan publik insidentil memastikan bahwa penurunan signifikan harga saham perusahaan tidak ada hubungannya dengan PT Narada Aset Manajemen.
"Kita tidak ada portofolio di Narada. Dari tanggal 6 November sampai 16 bulan ini saham kita turun. Kita ini punya business plan, sebenarnya kita mau bekerjasama dengan akuisisi dengan perusahaan yang lebih besar," kata Josephine.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Sentral Mitra, Teddy Pohan menjelaskan, penurunan harga saham yang cukup tajam lebih disebabkan oleh sentimen pasar, sehingga terjadi volatilitas dari sisi transaksi.
"Ini hanya sentimen negatif saja, jadi kita tahu kan sekarang lagi pada turun semua," kata Teddy.
Padahal, secara fundamental, kata Teddy, kinerja bisnis perusahaan masih cukup positif. "Perusahaan masih tetap growth, rencana kita juga berjalan dengan lancar. Kenapa kami terkoreksi ke bawah, ya karena sentimen negatif itu," kata dia.
Merujuk laporan keuangan LUCK, per akhir September 2019 laba bersih yang dicatatkan perusahaan memang melesat 53,61%, dari Rp 4,06 miliar menjadi Rp 6,35 miliar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article BEI Suspensi Saham LUCK & FORZ, Apakah Terkait Narada?
"Sehubungan dengan terjadinya penurunan harga kumulatif yang signifikan pada saham LUCK, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham," tulis manajemen BEI, diwakili Kadiv Pengawasan Transaksi BEI Lidia M Panjaitan dan Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, Irvan Susandy, dikutip Kamis (21/11/2019).
Saat ini, BEI masih mencermati perkembangan pola transaksi saham ini sehingga investor diharapkan memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi BEI.
Dari grafik di atas terlihat pada perdagangan Senin (2/12/2019) hingga Kamis kemarin (5/12/2019) harga saham LUCK mencatatkan koreksi 20,17%. Sedangkan dalam 3 bulan terakhir, harga saham perusahaan sudah anjlok hingga 71,53%.
Dengan keputusan hari ini, maka harga saham LUCK sudah tiga kali dihentikan sementara perdagangannya oleh BEI, dua karena penurunan harga saham yang signifikan dan satu karena kenaikan harga yang signifikan.
Pada 8 Juli 2019, saham perusahaan disuspensi karena terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari grafik di atas yang menunjukkan pada akhir bulan Mei hingga awal Juli, harga saham LUCK meruket lebih dari 80%. Kemudian, sejak akhir Juli, perusahaan terus mencatatkan tren penurunan harga.
Lebih lanjut, manajemen perusahaan pada dasarnya sempat menggelar paparan publk insidentil pada 18 November 2019 saat saham perusahaan masuk radar BEI dan beredar kabar bahwa amblasnya harga saham terkait dengan kasus PT Narada Aset Manajemen yang tengah disuspensi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Direktur Utama Sentral Mitra, Josephine Handayani Hidajat, dalam gelaran paparan publik insidentil memastikan bahwa penurunan signifikan harga saham perusahaan tidak ada hubungannya dengan PT Narada Aset Manajemen.
"Kita tidak ada portofolio di Narada. Dari tanggal 6 November sampai 16 bulan ini saham kita turun. Kita ini punya business plan, sebenarnya kita mau bekerjasama dengan akuisisi dengan perusahaan yang lebih besar," kata Josephine.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Sentral Mitra, Teddy Pohan menjelaskan, penurunan harga saham yang cukup tajam lebih disebabkan oleh sentimen pasar, sehingga terjadi volatilitas dari sisi transaksi.
"Ini hanya sentimen negatif saja, jadi kita tahu kan sekarang lagi pada turun semua," kata Teddy.
Padahal, secara fundamental, kata Teddy, kinerja bisnis perusahaan masih cukup positif. "Perusahaan masih tetap growth, rencana kita juga berjalan dengan lancar. Kenapa kami terkoreksi ke bawah, ya karena sentimen negatif itu," kata dia.
Merujuk laporan keuangan LUCK, per akhir September 2019 laba bersih yang dicatatkan perusahaan memang melesat 53,61%, dari Rp 4,06 miliar menjadi Rp 6,35 miliar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article BEI Suspensi Saham LUCK & FORZ, Apakah Terkait Narada?
Most Popular