
Luar Biasa! Harga CPO Terbang, Harga di Atas RM 2.800/Ton
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 December 2019 15:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Kamis (5/11/2019) pukul 15.00 WIB, harga CPO kontrak berjangka di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menyentuh level tertinggi barunya di RM 2.805/ton. Harga ini merupakan yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan bahwa output Malaysia turun 10,4% dibanding bulan sebelumnya menjadi 1,61 juta ton. Penurunan ini merupakan yang terdalam sejak Februari lalu.
Penurunan output yang tinggi menyebabkan persediaan minyak sawit Malaysia turun 5,7% pada November menjadi 2,22 juta ton terendah sejak Juli tahun lalu, melansir Reuters.
"Persediaan minyak sawit Malaysia kemungkinan besar akan turun dikarenakan output yang lebih rendah" tulis Ivy Ng Regional Head of Plantation Research CIMB Investment Bank dalam sebuah catatan untuk klien.
Penurunan output yang dalam ini mampu mengimbangi ekspor minyak Sawit Malaysia yang turun 5,2% pada November. Ekspor Malaysia turun menjadi 1,56 juta ton bulan lalu.
Bagaimanapun juga tingkat konsumsi domestik minyak sawit masih diramal bullish mengingat Malaysia dan Indonesia akan mempercepat program biodiesel tahun depan. Efektif per Januari 2020 Indonesia akan mulai program B30 sementara Malaysia akan menginisiasi program B20.
Program B20 di Malaysia diperkirakan akan membutuhkan 1,3 juta ton minyak sawit dalam setahun. Sementara program B30 di Indonesia membutuhkan kurang lebih 10 juta ton minyak sawit per tahun, mengutip Reuters.
Berikut ini adalah rincian estimasi data minyak sawit Malaysia bulan November berdasarkan poling yang dihimpun Reuters.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Awal 2020, Harga CPO Naik Meski Tak Bisa Banyak
Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan bahwa output Malaysia turun 10,4% dibanding bulan sebelumnya menjadi 1,61 juta ton. Penurunan ini merupakan yang terdalam sejak Februari lalu.
Penurunan output yang tinggi menyebabkan persediaan minyak sawit Malaysia turun 5,7% pada November menjadi 2,22 juta ton terendah sejak Juli tahun lalu, melansir Reuters.
"Persediaan minyak sawit Malaysia kemungkinan besar akan turun dikarenakan output yang lebih rendah" tulis Ivy Ng Regional Head of Plantation Research CIMB Investment Bank dalam sebuah catatan untuk klien.
Penurunan output yang dalam ini mampu mengimbangi ekspor minyak Sawit Malaysia yang turun 5,2% pada November. Ekspor Malaysia turun menjadi 1,56 juta ton bulan lalu.
Bagaimanapun juga tingkat konsumsi domestik minyak sawit masih diramal bullish mengingat Malaysia dan Indonesia akan mempercepat program biodiesel tahun depan. Efektif per Januari 2020 Indonesia akan mulai program B30 sementara Malaysia akan menginisiasi program B20.
Program B20 di Malaysia diperkirakan akan membutuhkan 1,3 juta ton minyak sawit dalam setahun. Sementara program B30 di Indonesia membutuhkan kurang lebih 10 juta ton minyak sawit per tahun, mengutip Reuters.
Berikut ini adalah rincian estimasi data minyak sawit Malaysia bulan November berdasarkan poling yang dihimpun Reuters.
Kategori | Rentang | Mediam |
Produksi | 1.57 - 1.76 | 1.61 |
Ekspor | 1.42 - 1.65 | 1.56 |
Impor | 0.05-0.1 | 0.8 |
Persediaan | 2.07 - 2.29 | 2.21 |
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Awal 2020, Harga CPO Naik Meski Tak Bisa Banyak
Most Popular