Tensi AS-China Tinggi, Harga Emas Bisa Naik?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 November 2019 14:05
Tensi AS-China Tinggi, Harga Emas Bisa Naik?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global stagnan pada perdagangan Jumat (29/11/19) melanjutkan penguatan tipis pada perdagangan Kamis kemarin. Pada pukul 13:40 WIB, harga emas berada di level US$ 1.457,85/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. 

Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas membuat harapan akan adanya kesepakatan dagang semakin meredup. Emas mendapat keuntungan dari situasi tersebut, apalagi melihat posisinya saat ini di dekat level terendah tiga bulan.

Di awal pekan ini hubungan AS-China terlihat mesra setelah setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan kesepakatan dagang dengan China memasuki tahap akhir.

Tetapi langkah Presiden Trump yang menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong membuat Pemerintah Beijing geram.


"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan Pemerintah Beijing akan memberikan balasan dengan melarang orang-orang yang terlibat dalam pembuatan UU tersebut masuk ke wilayah China.

"Menurut apa yang saya tahu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Presiden Trump dan rakyat AS, China sedang mempertimbangkan untuk melarang orang-orang yang menyusun UU hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong ke daftar hitam. Mereka tidak bisa masuk ke China, Hong Kong, dan Makau," ungkap Hu dalam cuitan di Twitter.

Akibat memanasnya hubungan kedua negara, sentimen pelaku pasar memburuk yang tercermin dari melemahnya bursa saham Asia pada hari ini. Saat bursa saham melemah, pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) seperti emas.


Meski demikian, emas mendapat tantangan berat dari kondisi ekonomi AS yang membaik yang memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang lebih optimis terhadap kondisi ekonomi AS saat ini dibandingkan beberapa pekan lalu, dan suku bunga tidak akan dipangkas lagi.

Sepanjang tahun ini, The Fed sudah tiga kali menurunkan suku bunga, yang menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga emas hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun di US$ 1.557/troy ons September lalu. Jika The Fed tidak lagi menurunkan suku bunga, maka satu pijakan emas untuk menguat kembali menjadi hilang.


China Ancam AS, Harga Emas Memangnya Bisa Naik? Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: investing.com

Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD kini bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis hijau) dan MA 8 hari (garis biru), serta di bawah MA 21 hari (garis merah).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak mendatar tetapi sudah di wilayah negatif dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini mengindikasikan momentum pelemahan emas mulai terkumpul. 

China Ancam AS, Harga Emas Memangnya Bisa Naik? Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di atas MA 8, MA 21 tetapi di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought). 

Emas saat ini bergerak di dekat US$ 1.458/troy ons, logam mulia ini berpeluang turun kembali ke US$ 1.453/troy ons selama tertahan di bawah level tersebut. Penembusan ke bawah level US$ 1.453/troy ons akan membuka peluang ke US$ 1.446/troy ons. 

Sementara selama bertahan di atas US$ 1.458/troy ons, harga emas berpeluang menguat ke US$ 1.462 sampai US$ 1.465/troy ons. Penembusan di atas US$ 1.465/troy ons akan membuka peluang kenaikan menuju US$ 1.472/troy ons. 

Outlook emas masih cenderung melemah selama di bawah US$ 1.480/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular