
Bangun Jalan Tol Pakai Obligasi atau RDPT? Bisa kok
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
29 November 2019 10:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah era Presiden Jokowi telah merampungkan banyak ruas jalan tol. Hingga akhir 2019 ini, setidaknya diprediksi total panjang tol yang terbangun sekitar 2.200 km, termasuk Tol Trans Jawa.
Belum cukup, Jokowi menargetkan pembangunan 2.500 km tol baru hingga 5 tahun ke depan. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit mengatakan dengan gencarnya pembangunan ruas tol, pemerintah mendorong penarikan uang dari pasar modal, dan sumber-sumber lainnya.
Salah satu opsi yang akan dilirik ialah pendanaan dari pasar modal (capital market) untuk pembangunan jalan tol.
"Ini yang kita coba untuk dorong ya. Karena kan kalau kita lihat historisnya, pasar modal belum banyak dimanfaatkan oleh sektor investasi jalan tol," kata Danang, kepada CNBC Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.
Saat ini, pihaknya tengah menjajaki sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan sekuritas. Danang ingin ada produk terkait investasi tol bisa dijual secara retail di pasar modal. "Sehingga masyarakat bisa mengakses investasi jalan tol lebih mudah," ungkapnya.
Produk tersebut bisa berupa obligasi dari perusahaan pemilik konsesi tol, atau juga surat utang swasta. Kemudian, bisa juga berupa reksa dana, dengan aset yang dikelola pengusaha jalan tol, atau oleh investor institusi berupa reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).
"Salah satu potensi di kita untuk infrastruktur itu adalah di capital market. Oleh karena itu beberapa badan usaha kami itu sudah mulai mengembangkan bersama-sama dengan sekuritas produk-produk capital market yang bisa dibeli oleh retail, sehingga kita betul-betul bisa mengajak masyarakat untuk investasi," lanjutnya.
Dia mengatakan, dalam 2-3 tahun ke depan akan banyak instrumen-instrumen baru pada aspek permodalan sektor jalan tol. "Sehingga masyarakat yang sifatnya retail maupun institusi bisa aman investasi di jalan tol," bebernya.
Sebelumnya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memang berencana menerbitkan instrumen RDPT pada tahun ini, dengan aset penyertaan ruas tol yang dikelola perseroan, yaitu ruas tol Bekasi Cakung Kampung Melayu atau Becakayu.
Jika ini terealisasi, maka ini akan menjadi instrumen RDPT kedua berbasis ekuitas perseroan setelah RDPT Danareksa Infrastruktur Trans Jawa pada 2018 yang menjadikan ruas tol Trans Jawa sebagai aset jaminan atau underlying asset.
Sebagai informasi, instrumen RDPT adalah instrumen di mana investor menginvestasikan dana melalui perusahaan manajer investasi (MI) dibenamkan pada portofolio saham atau portofolio yang berkaitan langsung dengan proyek, misalnya infrastruktur dengan jaminan ruas jalan tol.
Lepas tol
Danang menjelaskan beberapa BUMN yang biasa membangun tol butuh dana segar. Dia memprediksi, banyak operator akan melepas konsesi ke pihak lain. Hal ini dilakukan sebagai upaya menguatkan modal membangun tol baru.
"Kita juga punya sangat banyak peminat investasi tapi bukan yang akan dibangun. Yang operasi, kemudian take over," ungkapnya.
Nantinya, uang hasil penjualan tol itu bisa dimanfaatkan untuk investasi membangun tol baru.
"Jadi ini menurut saya, 5 tahun ke depan dugaan saya karena sudah cukup banyak tol yang beroperasi, akan cukup banyak terjadi akuisisi. Jadi pindah tangan, pindah kepemilikan saham," kata mantan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Danang menjelaskan, banyak investor lebih memilih sebagai operator tol ketimbang kontraktor proyek tol. Hal ini menurutnya wajar lantaran tidak semua perusahaan punya pengalaman membangun tol dengan segala risiko yang ada.
Dikatakan, dalam 5 tahun terakhir ini sejumlah badan usaha sudah gencar menghabiskan modalnya untuk bangun tol. Hasilnya, Tol Trans Jawa tersambung dari barat ke timur.
Apa sih untungnya beli RDPT?
(tas/tas) Next Article Tak Cuma Trans Jawa, Tol Becakayu pun Jadi Aset Reksa Dana
Belum cukup, Jokowi menargetkan pembangunan 2.500 km tol baru hingga 5 tahun ke depan. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit mengatakan dengan gencarnya pembangunan ruas tol, pemerintah mendorong penarikan uang dari pasar modal, dan sumber-sumber lainnya.
Salah satu opsi yang akan dilirik ialah pendanaan dari pasar modal (capital market) untuk pembangunan jalan tol.
![]() |
Saat ini, pihaknya tengah menjajaki sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan sekuritas. Danang ingin ada produk terkait investasi tol bisa dijual secara retail di pasar modal. "Sehingga masyarakat bisa mengakses investasi jalan tol lebih mudah," ungkapnya.
Produk tersebut bisa berupa obligasi dari perusahaan pemilik konsesi tol, atau juga surat utang swasta. Kemudian, bisa juga berupa reksa dana, dengan aset yang dikelola pengusaha jalan tol, atau oleh investor institusi berupa reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).
"Salah satu potensi di kita untuk infrastruktur itu adalah di capital market. Oleh karena itu beberapa badan usaha kami itu sudah mulai mengembangkan bersama-sama dengan sekuritas produk-produk capital market yang bisa dibeli oleh retail, sehingga kita betul-betul bisa mengajak masyarakat untuk investasi," lanjutnya.
Dia mengatakan, dalam 2-3 tahun ke depan akan banyak instrumen-instrumen baru pada aspek permodalan sektor jalan tol. "Sehingga masyarakat yang sifatnya retail maupun institusi bisa aman investasi di jalan tol," bebernya.
Sebelumnya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memang berencana menerbitkan instrumen RDPT pada tahun ini, dengan aset penyertaan ruas tol yang dikelola perseroan, yaitu ruas tol Bekasi Cakung Kampung Melayu atau Becakayu.
Jika ini terealisasi, maka ini akan menjadi instrumen RDPT kedua berbasis ekuitas perseroan setelah RDPT Danareksa Infrastruktur Trans Jawa pada 2018 yang menjadikan ruas tol Trans Jawa sebagai aset jaminan atau underlying asset.
Sebagai informasi, instrumen RDPT adalah instrumen di mana investor menginvestasikan dana melalui perusahaan manajer investasi (MI) dibenamkan pada portofolio saham atau portofolio yang berkaitan langsung dengan proyek, misalnya infrastruktur dengan jaminan ruas jalan tol.
Lepas tol
Danang menjelaskan beberapa BUMN yang biasa membangun tol butuh dana segar. Dia memprediksi, banyak operator akan melepas konsesi ke pihak lain. Hal ini dilakukan sebagai upaya menguatkan modal membangun tol baru.
"Kita juga punya sangat banyak peminat investasi tapi bukan yang akan dibangun. Yang operasi, kemudian take over," ungkapnya.
Nantinya, uang hasil penjualan tol itu bisa dimanfaatkan untuk investasi membangun tol baru.
"Jadi ini menurut saya, 5 tahun ke depan dugaan saya karena sudah cukup banyak tol yang beroperasi, akan cukup banyak terjadi akuisisi. Jadi pindah tangan, pindah kepemilikan saham," kata mantan Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Danang menjelaskan, banyak investor lebih memilih sebagai operator tol ketimbang kontraktor proyek tol. Hal ini menurutnya wajar lantaran tidak semua perusahaan punya pengalaman membangun tol dengan segala risiko yang ada.
Dikatakan, dalam 5 tahun terakhir ini sejumlah badan usaha sudah gencar menghabiskan modalnya untuk bangun tol. Hasilnya, Tol Trans Jawa tersambung dari barat ke timur.
Apa sih untungnya beli RDPT?
(tas/tas) Next Article Tak Cuma Trans Jawa, Tol Becakayu pun Jadi Aset Reksa Dana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular