
Kriteria Tol yang bakal Didanai SWF Jokowi Masih 'Gelap'

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyambut baik keberadaan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA) dalam menunjang pembangunan jalan tol di tanah air.
Demikian disampaikan Kepala BPJT PUPR Danang Parikesit dalam program Squawk Box, Kamis (18/2/2021).
"Hal ini positif karena pembangunan infrastruktur itu membutuhkan dana yang banyak. Tahun ini targetnya ada tambahan lebih dari 400 kilometer jalan tol, tahun lalu ada tambahan 200 kilometer ruas operasi tol kita yang meningkat. Ini saatnya mengembangkan diri lebih lanjut," kata Danang.
Hingga akhir 2020, panjang jalan tol yang beroperasi di seluruh Indonesia adalah 2.346 kilometer. Target renstra Kementerian PUPR antara 2019-2024 ada 2.500 kilometer jalan tol baru. Sehingga total panjang jalan tol yang beroperasi di 2024 nanti akan lebih dari 4.500 kilometer.
Danang menjelaskan, salah satu target yang ditawarkan kepada SWF-INA dari BPJT adalah dari ruas tol yang sudah beroperasi dilepas konsesinya ke pihak investor. Khususnya jalan tol yang sudah beroperasi sudah lama dengan traffic dan pendapatan yang stabil.
Regulator jalan tol juga akan mendorong dari foreign direct investment (FDI) atau investasi langsung dari asing ke proyek spesifik. Sehingga dari yang ditawarkan kepada SWF-INA dan FDI akan melengkapi hingga tercapai target, yaitu naik 100% untuk peningkatan investasi.
"Pembicaraan sampai hari ini secara formal belum ada. Komunikasi informal ini cukup lama sejak inisiasi awal di tahun 2019, komunikasi awal SWF di proyek tol sudah dilakukan, hampir setiap bulan kita juga berikan update kepada investor mengenai list proyek baru maupun inisiasi dan proyek dalam proses lelang," katanya.
Sasaran investasi di tahun 2021, FDI ditargetkan naik menjadi Rp 20 triliun. Nilai itu mengalami kenaikan dua kali lipat dibanding tahun 2020 sebesar Rp 9,9 triliun.
Pembiayaan international juga ditargetkan naik menjadi Rp 4 triliun di tahun 2021 naik 12,9% dari tahun sebelumnya Rp 3,54 triliun. Sementara pembiayaan Bank BUMN diharapkan akan naik 18,7% menjadi Rp 85 triliun dan pembiayaan bank Non BUMN naik 18,6% dengan total 90 triliun.
Danang menjelaskan profil investor jalan tol. Karakter pertama investor jalan tol yang ikut lelang atau mereka yang masuk di proses konstruksi atau perusahaan yang membawa pembiayaan dan kapabilitas untuk membangun.
Kedua investor yang masuk melalui tol baru beroperasi, biasanya akan dapat capital gain dari pertumbuhan yang diperkirakan diawal 8%-12% setahun. Kategori ketiga investor yang lebih stabil atau yang berjalan cukup lama 3-5 tahun.
"Jadi kalau dilihat profilnya ada yang high risk, high return ada juga yang membutuhkan stable income yang panjang. Ini yang kita biasa peroleh baik dari domestik mau internasional. Dana pensiun biasanya masuk ke kategori ketiga. Seperti Taspen sudah cukup lama Dana Pensiun Kanada juga masuk di Tol Cipali. Long term financing ini menurut saya akan menarik ke depan," ungkapnya.
Nantinya tawaran BPJT berupa paket investasi berdasarkan kriteria yang sudah disusun. Tapi hingga saat ini belum ada pembahasan investasi jalan tol seperti apa yang diinginkan oleh SWF-INA. Yang jelas, adanya SWF-INA akan memperkuat posisi keuangan perusahaan yang akan membangun jalan tol nantinya.
"Ini tergantung dari appetite INA mau seperti apa. Tapi untuk perusahaan BUMN seperti Hutama Karya, Waskita, dan Jasa Marga, posisi proyek tol mereka bisa diandalkan untuk mendapatkan dana dari INA," tuturnya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 11 Ruas Tol Waskita yang Bakal Dilepas Seharga Rp 11 T