Merah Lagi! 5 Hari Beruntun IHSG Terseok-seok

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
27 November 2019 16:42
Merah Lagi! 5 Hari Beruntun IHSG Terseok-seok
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Rabu ini (27/11/2019) dengan dibuka stagnan dan sempat mencatatkan penguatan sepanjang sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lagi-lagi harus pasrah finis di zona merah meskipun hanya mencatatkan koreksi tipis 0,05% ke level 6.023,04 indeks poin.

Ini berarti sudah 5 hari beruntun bursa saham acuan Ibu Pertiwi tercatat melemah, dengan total kontraksi 2,16%.



Saham-saham yang turut menekan kinerja IHSG dari sisi nilai transaksi termasuk PT Trinitan Metals and Minerals Tbk/PURE (-24,95%), PT Envy Technologies Indonesia Tbk/ENVY (-24,78%), PT Sky Energy Indonesia Tbk/JSKY (-10%), PT Aneka Tambang Tbk/ANTM (-3,7%), PT Ace Hardware Indonesia Tbk/ACES (-3,18%).

Performa IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang berhasil membukukan penguatan. Indeks Kospi menguat 0,31%, indeks Nikkei menguat 0,28%, indeks Hang Seng naik 0,15%, indeks Straits Times naik 0,14%. Hanya indeks Shanghai yang melemah 0,13%.

Pergerakan positif bursa saham utama di Benua Kuning ditopang oleh menyeruaknya optimisme bahwa damai dagang Amerika Serikat (AS) dan China semakin dekat.


Pasalnya, Selasa kemarin (26/11/2019), Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa putaran negosiasi dagang antara Washington dan Beijing sudah masuk babak final.

"Kami sedang dalam putaran terakhir dalam pembahasan kesepakatan yang sangat penting. Bahkan saya rasa ini akan menjadi salah satu kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah. Semua berjalan baik, tetapi pada saat yang sama kami ingin ada perbaikan di Hong Kong," kata Trump kepada reporter di Gedung Putih sebagaimana dikutip dari Reuters.

Trump juga menambahkan bahwa hubungannya dengan Presiden China Xi Jinping baik-baik saja di tengah kekhawatiran pelaku pasar atas intervensi AS pada urusan dalam negeri Hong Kong yang mendapat kecaman dari beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri China.

Selain itu, Presiden Ke-45 Negeri Adidaya tersebut juga percaya Xi akan mewujudkan kedamaian dan ketertiban di Hong Kong yang dilanda aksi unjuk rasa selama berbulan-bulan. Trump yakin China akan merespons positif hasil pemilihan Dewan Distrik di Hong Kong, di mana kubu pro-demokrasi menang telak.

"Saya rasa Presiden Xi bisa melakukan itu. Saya kenal beliau, dan beliau akan mewujudkannya," ujar Trump.

Seperti diketahui, Kongres AS memang telah menyetujui undang-undang (UU) penegakan hak asasi manusia di Hong Kong. Namun, tanpa persetujuan Trump, UU tersebut belum dapat berlaku efektif.


"Begini, kita harus bersama dengan Hong Kong tetapi saya juga bersama Presiden Xi. Saya mendukung Hong Kong, saya mendukung kebebasan, tetapi saya juga ingin mendukung hal yang sedang kita perjuangkan," jelas Trump dalam wawancara dengan Fox News Channel, seperti diberitakan Reuters, pada Sabtu (23/11/2019).

Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa Trump masih memprioritaskan dicapainya kesepakatan dagang, karena andai dia mengesahkan UU tersebut, resiko China ngambek sangat besar. Di awal perdagangan, IHSG tampaknya masih menyambut positif pernyataan Trump. Namun euforia itu tak bertahan lama karena sejatinya nada optimis dari Presiden ke-45 AS tersebut masih belum dapat memberikan tanggal pasti kapan kesepakatan dagang dapat ditekan.

Kepala Ekonom dan Riset Asia Pasifik di ING, Robert Carnell, menyampaikan dalam sebuah catatan bahwa pasar “tampaknya semakin terpikat” atas komentar positif Trump.

Namun dirinya juga memperingatkan bahwa besar kemungkinan isu yang signifikan belum terselesaikan mengingat hingga saat ini belum ada kesepakatan, hanya sebatas komentar positif.


“Fakta bahwa kita telah sering mendengar komentar positif, tetapi masih menunggu kesepakatan dagang dapat ditafsirkan bahwa masalah signifikan tetap ada,” ujar Cornell, dikutip dari CNBC International.

Pernyataan Cornell ada benarnya mengingat Trump sebelumnya menegaskan bahwa hasil damai dagang tidak dapat imbang karena harus mengutamakan kepentingan AS.

Salah satu alasan utamanya adalah fakta bahwa pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.

Namun, keinginan Trump tersebut tentu bertentangan dengan China yang beberapa kali menegaskan bahwa asas saling menghormati dan kesetaraan merupakan hal penting agar kesepakatan dapat ditekan.

“Kami ingin mengupayakan kesepakatan fase pertama atas dasar saling menghormati dan kesetaraan,” ujar Xi kepada reporter di forum New Economy di Beijing, dikutip dari Reuters.

Konsultan Senior Mclarty Assocates, Steve Okun, menyampaikan bahwa kesepakatan dagang kedua negara haruslah win-win solution, di mana penghapusa tarif merupakan kunci utama yang tidak dapat dengan mudah dilepaskan oleh China, dilansir dari CNBC International.

Okun menyampaikan bahwa Negeri Tiongkok tidak akan menyetujui jika AS hanya menjanjikan penundaan pengenaan bea masuk, bukan penghapusan sepenuhnya tarif yang berlaku.

Pasalnya bea masuk yang saat ini berlaku terbukti masih terus menyakiti ekonomi Negeri Panda, di mana data ekonomi China bulan Oktober penuh dengan rapor merah.

Perolehan laba perusahaan yang dicatatkan sektor industri di China di bulan Oktober mencapai anjlok 9,9% year-on-year (YoY) menjadi CNY 427,56 miliar. Ini merupakan penurunan terdalam setidaknya dalam 8 bulan terakhir, dilansir dari Trading Economics.

Alhasil pada periode Januari-Oktober tahun ini, laba industri secara total membukukan kontraksi 2,9% YoY ke level CNY 5,02 triliun, lebih dalam dari penurunan yang dicatatkan pada 9 bulan pertama yang tumbuh negatif 2,1% YoY.

“Penurunan signifikan laba industri di bulan Oktober mengindikasikan ekonomi riil masih menghadapi banyak kesulitan," ujar Nie Wen, ekonomi di Hwabao Trust, dilansir dari Reuters.

Kinerja laba industri tersebut menambah rentetan data ekonomi China yang melemah sepanjang Oktober, di antaranya indeks harga produsen yang anjlok ke level terendah dalam 3 tahun terakhir, angka PMI manufaktur, serta ekspor.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(dwa/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular