Simak Aksi Emiten Sepanjang Hari Kemarin

Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 November 2019 07:50
Simak Aksi Emiten Sepanjang Hari Kemarin
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir perdagangan kemarin Selasa (26/11/2019) ditutup dengan pelemahan 0,73% menjadi 6.026,19 indeks poin.

Performa IHSG searah dengan mayoritas bursa saham utama di kawasan Asia yang juga melemah. Indeks Hang Seng turun 0,29%, indeks Straits Times melemah 0,14% dan indeks Kospi melemah 0,1%. Sedangkan indeks Nikkei menguat 0,35% dan indeks Shanghai cenderung konstan dengan naik tipis 0,03%


Terdapat beberapa aksi emiten yang layak disimak untuk dijadikan pertimbangan dalam berinvestasi.

1. BNI Proyeksi Laba Sepanjang 2019 Tumbuh 4,7%
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memproyeksikan laba sepanjang tahun 2019 (full year) akan tumbuh di kisaran 4,7%. Capaian ini kurang lebih akan sama dengan perolehan laba di kuartal III-2019 yakni 4,7%.

Proyeksi ini lebih rendah dari target yang ditetapkan bank dengan kode saham BBNI tersebut di kisaran 6%-8%.

2. Obligasi Rp 1,25 T Laris Manis, PTPP Tancap Gas Prakarsai Tol
PT PP Tbk (PTPP) mengklaim bahwa obligasi senilai Rp 1,25 triliun yang belum lama ini ditawarkan sudah terserap pasar. Dana tersebut akan digunakan perseroan untuk membayar utang perseroan dan biaya operasional.

"Insya Allah kalau yang obligasi kemarin terserap semua. Karena memang sampai dengan saat ini kita selalu ketika menerbitkan obligasi, membayar juga tepat waktu. Sehingga obligasi yang kali ini kita terbitkan bisa diserap oleh masyarakat," kata Direktur Utama PTPP Lukman Hidayat di sela acara Digital Construction Day 2019 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (26/11/2019).

3. Terungkap! Perusahaan Properti Tahir Beli Tanah Girik di Maja
PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO), perusahaan properti milik keluarga Dato Sri Tahir membeli tanah berstatus girik di daerah Maja, Lebak, Banten. Tanah seluas 318 hektare tersebut akan digunakan untuk pembangunan kawasan hunian.

Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) manajemen MPRO menyampaikan lahan yang di Maja merupakan salah satu proyek jangka panjang perusahaan.

[Gambas:Video CNBC]



4. Kapan Bank Syariah Mandiri IPO? Ini Jawaban Bank Mandiri
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyatakan rencana mengantarkan anak usahanya, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) ke pasar modal melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di tahun 2020.

IPO merupakan salah satu opsi yang ditempuh agar BSM naik kelas menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4 dengan ketentuan modal inti di atas Rp 30 triliun.

5. Banyak Tantangan, Mandiri Berani Pasang Target Tinggi 2020
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di tahun 2020 menargetkan laba bersih perseroan tumbuh 6-7% di tahun 2020. Proyeksi ini meningkat dari capaian laba bersih hingga September 2019 yang tumbuh di level 5-6%.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR, Selasa (26/11/2019) menjelaskan, pihaknya juga menargetkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) di level 5,3% - 5,5% dari prognosa NIM sepanjang tahun 2019 ini 5,4%-5,5%. 


6. Lippo Jalin Kerja Sama dengan Softbank, Mau Bangun Meikarta?
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) akan melakukan kerja sama dengan Softbank Corporation. Kedua perusahaan akan melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) pada Kamis (26/11/2019).

Dalam undangan yang diterima CNBC Indonesia, hanya disebutkan akan penandatanganan MoU, antara Lippo Karawaci dan Softbank Corp. Hadir dalam acara penandatanganan tersebut CEO Lippo Karawadi John Riady dan VP Global Business Strategy Division Softbank Corp Hidebumi Kitahara.

7. Baru Rilis Lapkeu Q3, Laba BSDE Meroket 120%
Emiten properti Grup Sinar Mas, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), baru merilis laporan keuangan 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 setelah dilakukan penelaahan terbatas atas laporan keuangan, bersamaan dengan rilis laporan keuangan anak usahanya PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI).

Mengacu laporan keuangan per September yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa ini (26/11/2019), laba bersih BSDE melesat 120% menjadi Rp 2,31 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,05 triliun.


8. Australia, Fiji & Sri Lanka jadi Pasar Baru Semen Produksi RI
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tampaknya mulai gerah dengan over produksi semen di Indonesia. Hari ini Komisaris Utama PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Soekarwo dipanggil Kementerian untuk membahas produksi dan pasar semen Indonesia.

Ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Soekarwo menjawab pertanyaan wartawan perihal tujuannya datang pagi ini. "Pembahasan porduksi dan pasar (semen)," kata Seokarwo, di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

9. Suspensi Dicabut, Saham DEAL Bergerak Liar & Auto Reject Atas

Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham PT Dewata Freightinternational Tbk (DEAL) mulai Selasa ini (26/11/2019). Harga saham DEAL langsung bergerak liar di awal perdagangan hari ini.

Berdasarkan data perdagangan BEI, hingga pukul 09.15 WIB harga saham DEAL naik 24,59% ke level Rp 456/saham, atau sudah menyentuh level auto reject atas. Mengingat saham DEAL berada di rentang Rp 200-5.000, maka batas kenaikan/penurunan sehari adalah 25%. 


10. Terendah 7 Tahun, Saham HM Sampoerna Ambles Jadi Rp 1.920
Saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) terpantau ambles 4,48% ke level Rp 1.920, yang merupakan titik terendah sejak Maret 2012.

Pada penutupan perdagangan Selasa (26/11/2019) rata-rata harga saham emiten rokok yang yang dikendalikan oleh Philip Morris International ini diperdagangkan di level Rp 1.920 sampai Rp 2.040. Investor asing melepas saham ini dengan nilai jual bersih Rp 91,21 miliar. Adapun total transaksi pada hari ini mencapai Rp 338,21 miliar.

11. Saham Sritex Sentuh Level Terendah Sejak Februari 2017
Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menyentuh level terendah sejak Februari 2017. Pada penutupan pasar, Selasa (26/11/2019) harga saham SRIL turun 0,81% menjadi Rp 244 dibandingkan hari sebelumnya Rp 246/saham.

Jika dibandingkan dengan harga penutupan 31 Desember 2018, saham SRIL telah anjlok 31,84% dari Rp 358/saham. Artinya jika investor berinvestasi Rp 100 juta pada Desember 2018, dengan nilai saham yang sekarang berarti nilai uang yang diinvestasikan pada saham tersebut berkurang menjadi Rp 68,1 juta.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular