Trading Forex: Rekor Wall Street jadi Kabar Buruk Bagi Yen

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 November 2019 10:42
Kala Wall Street menghijau bahkan mencetak rekor tertinggi, itu artinya sentimen pelaku pasar sedang bagus, dan aset aman seperti yen menjadi tidak menarik lagi
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Yuriko Nakao/Files)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (26/11/19). Padahal hingga Senin kemarin, mata uang Negeri Matahari Terbit ini sudah melemah empat hari berturut-turut.

Pada pukul 9:37 WIB, yen diperdagangkan di level 108,99/US$ atau melemah 0,08% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan yen sudah melemah 0,27%.

Bursa saham AS (Wall Street) yang mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Senin kemarin menjadi kabar buruk bagi yen. Kala Wall Street menghijau bahkan mencetak rekor tertinggi, itu artinya sentimen pelaku pasar sedang bagus, dan aset-aset aman (safe haven) seperti yen menjadi tidak menarik lagi.
Penguatan Wall Street kemarin kini diikuti bursa saham Asia, sehingga tekanan bagi yen semakin bertambah.



Harapan akan adanya kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China membuat bursa saham menguat. Harapan tersebut menguat sejak akhir pekan lalu setelah CNBC International mewartakan Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dagang dengan China "berpotensi sangat dekat".

"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir CNBC International.



Kabar terbaru yang dirilis beberapa saat lalu mengatakan jika China kembali berbicara dengan AS melalui saluran telepon. CNBC International mewartakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, pagi ini berbicara dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.

"Kedua belah pihak membahas penyelesaian masalah-masalah inti yang menjadi perhatian bersama, mencapai konsensus bagaimana masalah tersebut diselesaikan dan setuju untuk terus berdiskusi mengenai isu-isu untuk kesepakatan fase satu" tulis rilis Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Selain harapan kesepakatan dagang AS-China, yen juga sedang sulit untuk menaklukkan dolar AS setelah beberapa data dari Negeri Paman Sam menunjukkan perbaikan.



Pada Kamis pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober yaitu 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.

Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular