China-AS Mulai Sejuk, Adakah Kans Harga Emas Melonjak?

Irvin Avriano Arief & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 November 2019 06:57
China-AS Mulai Sejuk, Adakah Kans Harga Emas Melonjak?
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia mencatat pelemahan 0,35% ke level US$ 1.462,04/troy ons di pekan ini. Bahkan mencatat penurunan 3 hari berturut-turut hingga Jumat lalu (22/11/2019).

Penurunan harga emas bahkan terjadi saat hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China sedang panas dingin di pekan ini. Ketika hubungan kedua negara sedang panas, harga emas biasanya merespons dengan melesat naik. Tapi di pekan ini, harga logam mulia ini justru anteng. Rentang pergerakan emas dalam sepekan juga cukup tipis, berada di kisaran US$ 1.455 - 1.478/troy ons, atau tidak sampai US$ 25.

Hampir sepanjang pekan ini pasar disuguhi berita-berita perkembangan perundingan dagang AS-China.



Pada Selasa lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi.

"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.


Sehari setelahnya
Reuters melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.

Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.

"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid
China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu.

Di hari Kamis kabar bagus berembus, China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon.

Hawa yang diberikan dari berbagi kabar tersebut berbeda-beda, ada yang negatif ada yang positif, hal ini membuat pelaku pasar khususnya trader dan investor emas lelah dan mengambil sikap
wait and see.

"Meski terjadi peningkatan tensi hubungan AS dengan China, pasar emas mengambil sikap
wait and see. Sepertinya pelaku pasar sedikit lelah mendengar berita-berita mengenai perundingan dagang," kata analis ABN Amro, Georgette Boele.

Tetapi, di penghujung perdagangan pekan ini, atau Jumat kemarin Presiden Trump memberikan pernyataan yang bisa kode ke depannya harga emas akan ambles.

CNBC International
mewartakan Trump mengatakan kesepakatan dagang dengan China "berpotensi sangat dekat".


"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir
CNBC International.

Melihat respons harga emas Jumat kemarin yang langsung melemah, bisa jadi tekanan jual akan semakin meningkat dalam beberapa pekan ke depan.

Apalagi Trump masih berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti. Jika tidak ada penandatanganan kesepakatan hingga tanggal itu, maka AS akan menaikkan bea masuk produk China senilai US$ 156 miliar.
Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) turun tipis Rp 1.000/gram menjadi Rp 698.000/gram pada perdagangan Sabtu kemarin (23/11/2019) dari perdagangan Jumat laly Rp 699.000/gram.

Pada Jumat lalu, harga emas Antam turun lumayan yakni Rp 3.000/gram dari posisi Rp 702.000/gram pada Kamis lalu. Koreksi harga emas Antam pada Sabtu kemarin lagi-lagi membalik arah penguatan yang terjadi di awal pekan ini, sekaligus menurunkan harganya ke bawah level psikologis Rp 700.000/gram.

Turunnya harga emas ritel itu terjadi ketika hubungan politik dan ekonomi Amerika Serikat (AS)-China sedikit mereda. Drama perang dagang kali ini terkait dengan pemberitaan tentang pihak China yang dikabarkan mengundang delegasi AS untuk mengadakan perundingan secara langsung.



Prospek damai dagang yang semakin bersinar itu meningkatkan optimisme pelaku pasar keuangan dunia, sehingga normalnya investor dan spekulator semakin meninggalkan komoditas logam mulia tersebut ke produk investasi yang lebih berisiko dan menciptakan tekanan jual yang menekan harga emas dunia.

Data di situs logammulia milik Antam Sabtu kemarin (22/11/19) menunjukkan besaran harga emas kepingan 100 gram berada pada Rp 69,8 juta/batang.

Pada Jumat lalu, harga beli kembali (buy back) emas Antam di gerai resmi juga turun Rp 3.000/gram menjadi Rp 664.000/gram dari Rp 667.000/gram kemarin.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat tersebut ingin menjual kembali investasinya. 

Terkoreksinya harga emas Antam tersebut mengekor harga emas di pasar spot global pada Kamis kemarin menjadi US$ 1.464,15 per troy ounce (oz) yang naik dari posisi sehari sebelumnya US$ 1.471,15/oz. Jumat lalu, harga emas dunia masih turun menjadi US$ 1.463,82/oz.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular