Lelah dengan Berita AS-China yang Tak Jelas, Emas Pun Melemah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 November 2019 21:31
Lelah dengan Berita AS-China yang Tak Jelas, Emas Pun Melemah
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Kamis (21/11/19), setelah China dikabarkan mengundang Amerika Serikat (AS) untuk mengadakan perundingan secara langsung. Pada pukul 20:57 WIB, emas melemah 0,11% ke level US$ 1.469,53/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv.

"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Beijing sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face.



Sebelumnya kabar memanasnya hubungan AS-China sempat membuat harga emas menguat. Tetapi tidak lama, emas kembali melemah, hal tersebut dikatakan sebagai aksi wait and see dari para pelaku pasar, sehingga membuat pelemahan maupun penguatan emas belakangan ini tidak signifikan.

"Meski terjadi peningkatan tensi hubungan AS dengan China, pasar emas mengambil sikap wait and see. Sepertinya pelaku pasar sedikit lelah mendengar berita-berita mengenai perundingan dagang," kata analis ABN Amro, Georgette Boele.

Sebelumnya kabar China mengundang AS untuk berunding, Reuters Rabu kemarin melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.



Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.

"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu.

Sebelumnya di pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi. "Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.

Sampai saat ini, Trump masih berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti. Jika tidak ada penandatanganan kesepakatan hingga tanggal itu, maka AS akan menaikkan bea masuk produk China senilai US$ 156 miliar.

Kabar memanasnya hubungan AS-China pada Rabu kemarin seharusnya membuat emas bisa menguat, tetapi nyatanya malah melempem. Selain menanti kejelasan kapan kesepakatan dagang AS-China, emas juga tertekan rilis notula rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed). 

Berdasarkan notula rapat kebijakan moneter yang dirilis dini hari tadi, keputusan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari sepuluh anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.



Selain itu, The Fed juga terlihat lebih optimis menatap ekonomi AS dibandingkan beberapa pekan sebelumnya, sehingga tidak akan terburu-buru dalam merubah sikap menghentikan periode pemangkasan suku bunga.

The Fed di tahun ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali, yang menjadi salah satu penyebab harga emas bisa melesat naik hingga ke level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.

Ketika The Fed berhenti untuk memangkas suku bunga, maka emas kehilangan satu pijakan untuk terus melangkah maju, kini tinggal menanti perkembangan nasib kesepakatan dagang AS-China.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular