
Selamat dari Jurang Resesi, Ekonomi Singapura Tumbuh 0,5%
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 November 2019 10:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Singapura lolos dari jurang resesi setelah mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari proyeksi pada kuartal III-2019.
Menurut data resmi yang dirilis Kamis (21/11/2019), produk domestik bruto (PDB) Singapura naik 0,5% dari tahun-ke-tahun (year-on-year). Angka ini sesuai dengan hasil jajak pendapat Reuters, namun lebih tinggi dari pertumbuhan 0,1% yang diperkirakan pemerintah.
Pemerintah juga mengubah kisaran perkiraan pertumbuhan resminya untuk 2019 menjadi 0,5% hingga 1%, dari kisaran proyeksi sebelumnya yang sebesar 0,0% hingga 1%.
"Ada tanda-tanda stabilisasi dalam ekonomi global meskipun pertumbuhan global masih lemah," kata menteri perdagangan dan industri Gabriel Lim. Ia menambahkan bahwa sektor manufaktur Singapura juga berkinerja lebih baik dari yang diharapkan dalam beberapa bulan terakhir.
Sektor manufaktur telah membukukan kenaikan pertama dalam lima bulan pada September karena lonjakan dalam output farmasi.
Pada periode Juli-September, ekonomi Singapura tumbuh 2,1% dari kuartal sebelumnya, dalam basis yang disesuaikan secara tahunan (annualized) dan musiman. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan awal pemerintah sebesar 0,6%. Namun, sesuai dengan perkiraan median dalam survei Reuters untuk pertumbuhan 2,1%.
Bulan lalu, Bank Sentral Singapura telah melonggarkan kebijakan moneter untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk menopang pertumbuhan yang melambat. Seorang pejabat bank sentral mengatakan bahwa kebijakan itu tetap sesuai di tengah kondisi saat ini.
Singapura adalah negara Asia yang sangat bergantung pada perdagangan. Oleh karenanya, perekonomian negara banyak dipengaruhi perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dengan China, yang telah menyebabkan perlambatan ekonomi global.
Akibat perang dagang, ekspor Singapura pada Oktober mencatatkan penurunan untuk bulan kedelapan berturut-turut dan lebih buruk dari ekspektasi analis. Ini utamanya disebabkan karena menurunnya pengiriman barang elektronik, menurut data resmi, Senin.
(hps/hps) Next Article Ngeri Sedap, Fund Manager Makin Takut Resesi Bakal Terjadi!
Menurut data resmi yang dirilis Kamis (21/11/2019), produk domestik bruto (PDB) Singapura naik 0,5% dari tahun-ke-tahun (year-on-year). Angka ini sesuai dengan hasil jajak pendapat Reuters, namun lebih tinggi dari pertumbuhan 0,1% yang diperkirakan pemerintah.
Pemerintah juga mengubah kisaran perkiraan pertumbuhan resminya untuk 2019 menjadi 0,5% hingga 1%, dari kisaran proyeksi sebelumnya yang sebesar 0,0% hingga 1%.
"Ada tanda-tanda stabilisasi dalam ekonomi global meskipun pertumbuhan global masih lemah," kata menteri perdagangan dan industri Gabriel Lim. Ia menambahkan bahwa sektor manufaktur Singapura juga berkinerja lebih baik dari yang diharapkan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada periode Juli-September, ekonomi Singapura tumbuh 2,1% dari kuartal sebelumnya, dalam basis yang disesuaikan secara tahunan (annualized) dan musiman. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan awal pemerintah sebesar 0,6%. Namun, sesuai dengan perkiraan median dalam survei Reuters untuk pertumbuhan 2,1%.
Bulan lalu, Bank Sentral Singapura telah melonggarkan kebijakan moneter untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk menopang pertumbuhan yang melambat. Seorang pejabat bank sentral mengatakan bahwa kebijakan itu tetap sesuai di tengah kondisi saat ini.
Singapura adalah negara Asia yang sangat bergantung pada perdagangan. Oleh karenanya, perekonomian negara banyak dipengaruhi perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dengan China, yang telah menyebabkan perlambatan ekonomi global.
Akibat perang dagang, ekspor Singapura pada Oktober mencatatkan penurunan untuk bulan kedelapan berturut-turut dan lebih buruk dari ekspektasi analis. Ini utamanya disebabkan karena menurunnya pengiriman barang elektronik, menurut data resmi, Senin.
(hps/hps) Next Article Ngeri Sedap, Fund Manager Makin Takut Resesi Bakal Terjadi!
Most Popular