
China Pesimistis Lagi, Yen Kembali Jadi Mata Uang Seksi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2019 11:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang kembali menguat pada perdagangan Selasa pagi (19/11/19) setelah investor kembali memburu mata uang yang menyandang status aset aman (safe haven) akibat China yang pesimistis akan kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Pada pukul 9:45 WIB, US$ 1 setara dengan JPY 108,85. Yen menguat tipis 0,01% di pasar spot, sebelumnya penguatan yen lebih besar yakni 0,19%. Sementara Senin (18/11/19) kemarin yen menguat 0,06%.
Sebelum mencetak penguatan pada Senin kemarin, yen sebenarnya sempat melemah 0,3% akibat media China melaporkan, Xinhua, pada hari Minggu melaporkan jika pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif. Meski tidak memberikan detail sejauh mana isu-isu penting yang sudah diselesaikan, serta kapan kesepakatan dagang akan diteken.
Laporan tersebut senada dengan pernyataan Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow pada Kamis waktu AS, yang mengatakan negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.
Dalam 2 pekan terakhir, ini merupakan kali pertama AS-China kompak memberikan pernyataannya yang sama. Sebelumnya pernyataan-pernyataan yang keluar dari kedua negara sangat kontradiktif. Bahkan hubungan keduanya terlihat merenggang setelah China mengklaim AS sudah setuju untuk membatalkan beberapa bea masuk, sementara AS membantah hal tersebut.
Presiden AS, Donald Trump, juga mengatakan ia tidak setuju untuk membatalkan sebagian bea masuk.
Akibat pernyataan Trump tersebut, kini kabar terbaru menyebutkan jika mood Pemerintah Beijing tidak bagus terkait perundingan dagang kedua negara. Presiden China, Xi Jinping dikabarkan pesimis Presiden AS Donald Trump akan menghapus bea masuk yang diminta China.
"Mood di Beijing mengenai kesepataan dagang saat ini pesimistis akibat keengganan Presiden Trump dalam menghapus bea masuk, dimana sebelumnya China percaya AS sudah sepakat akan panghapusan tersebut" kata sumber dari pemerintah China sebagaimana dikutip Eunice Yooh reporter CNBC International.
Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Kutipan dari sumber tersebut membuat harapan akan adanya penandatangan kesepakatan dalam waktu dekat kembali meredup, sentimen pelaku pasar memburuk, dan aset-aset safe haven seperti yen seksi kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Panasnya AS-Iran Bawa Yen ke Level Terkuat Tiga Bulan
Pada pukul 9:45 WIB, US$ 1 setara dengan JPY 108,85. Yen menguat tipis 0,01% di pasar spot, sebelumnya penguatan yen lebih besar yakni 0,19%. Sementara Senin (18/11/19) kemarin yen menguat 0,06%.
Sebelum mencetak penguatan pada Senin kemarin, yen sebenarnya sempat melemah 0,3% akibat media China melaporkan, Xinhua, pada hari Minggu melaporkan jika pembicaraan level tinggi kedua negara melalui telepon berlangsung konstruktif. Meski tidak memberikan detail sejauh mana isu-isu penting yang sudah diselesaikan, serta kapan kesepakatan dagang akan diteken.
Laporan tersebut senada dengan pernyataan Penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow pada Kamis waktu AS, yang mengatakan negosiasi dengan Beijing berjalan konstruktif, dan mengatakan dua raksasa ekonomi dunia ini akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat setelah melakukan perundingan intensif melalui telepon.
Dalam 2 pekan terakhir, ini merupakan kali pertama AS-China kompak memberikan pernyataannya yang sama. Sebelumnya pernyataan-pernyataan yang keluar dari kedua negara sangat kontradiktif. Bahkan hubungan keduanya terlihat merenggang setelah China mengklaim AS sudah setuju untuk membatalkan beberapa bea masuk, sementara AS membantah hal tersebut.
Presiden AS, Donald Trump, juga mengatakan ia tidak setuju untuk membatalkan sebagian bea masuk.
Akibat pernyataan Trump tersebut, kini kabar terbaru menyebutkan jika mood Pemerintah Beijing tidak bagus terkait perundingan dagang kedua negara. Presiden China, Xi Jinping dikabarkan pesimis Presiden AS Donald Trump akan menghapus bea masuk yang diminta China.
"Mood di Beijing mengenai kesepataan dagang saat ini pesimistis akibat keengganan Presiden Trump dalam menghapus bea masuk, dimana sebelumnya China percaya AS sudah sepakat akan panghapusan tersebut" kata sumber dari pemerintah China sebagaimana dikutip Eunice Yooh reporter CNBC International.
Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Kutipan dari sumber tersebut membuat harapan akan adanya penandatangan kesepakatan dalam waktu dekat kembali meredup, sentimen pelaku pasar memburuk, dan aset-aset safe haven seperti yen seksi kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Panasnya AS-Iran Bawa Yen ke Level Terkuat Tiga Bulan
Most Popular