
Jelang Lelang Besok, Harga SUN Semringah di Awal Pekan

Selain itu, faktor akhir tahun turut membuat pelaku pasar bergegas masuk ke pasar mengingat pemerintah biasanya meniadakan lelang menjelang akhir tahun begitu target pembiayaan dari surat utang sudah tercapai.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 2,6 basis poin (bps) menjadi 7,02%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Irwanti, Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia, memprediksi lelang obligasi pemerintah akan digelar maksimal dua kali lagi tahun ini, sehingga membuat pelaku pasar akan lebih gencar masuk ke pasar surat utang pemerintah. Selain itu, tren masuknya arus dana asing (capital inflow) ke pasar SUN masih akan berlanjut hingga tahun depan.
"Tahun ini, 2019, adalah tahunnya obligasi karena obligasi mendapatkan capital inflow [asing] yang besar sekali, bisa mencapai US$ 12 miliar masuk ke obligasi Indonesia. Untuk ke depannya trennya akan tetap seperti itu," ujarnya dalam wawancara dengan CNBC TV Indonesia pekan lalu (14/11/19).
Selasa besok, pemerintah akan menggelar lelang rutin tujuh seri SUN dengan target Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Nov'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 15 Nov'19 (%) | Yield 18 Nov'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 15 Nov'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.506 | 6.503 | -0.30 | 6.4632 |
FR0078 | 10 tahun | 7.047 | 7.021 | -2.60 | 6.9887 |
FR0068 | 15 tahun | 7.447 | 7.429 | -1.80 | 7.4009 |
FR0079 | 20 tahun | 7.641 | 7.627 | -1.40 | 7.6038 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.069,47 triliun SBN, atau 39,01% dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 14 November.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 176,22 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan sebelumnya, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 750 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 11 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 15 Nov'19 (%) | Yield 18 Nov'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.71 | 6.69 | -2.00 |
China | 3.263 | 3.221 | -4.20 |
Jerman | -0.332 | -0.331 | 0.10 |
Prancis | -0.021 | -0.022 | -0.10 |
Inggris | 0.73 | 0.724 | -0.60 |
India | 6.519 | 6.512 | -0.70 |
Jepang | -0.066 | -0.083 | -1.70 |
Malaysia | 3.437 | 3.436 | -0.10 |
Filipina | 4.674 | 4.686 | 1.20 |
Rusia | 6.48 | 6.45 | -3.00 |
Singapura | 1.773 | 1.757 | -1.60 |
Thailand | 1.735 | 1.73 | -0.50 |
Amerika Serikat | 1.834 | 1.822 | -1.20 |
Afrika Selatan | 8.43 | 8.38 | -5.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?