Bahana Pangkas Target IHSG Akhir Tahun Jadi 6.085, Kenapa?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 November 2019 11:54
PT Bahana Sekuritas memberikan proyeksi bearish (tren turun) untuk IHSG.
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bahana Sekuritas memberikan proyeksi bearish (tren turun) untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun ini di level 6.085. Nilai tersebut telah direvisi turun dari sebelumnya 6.560 seiring dengan sejumlah katalis negatif yang menyertainya.

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi mengatakan turunnya target indeks hingga akhir tahun ini disebabkan karena rendahnya kinerja keuangan emiten hingga kuartal ketiga 2019.

Hal itu tercermin dari perolehan laba bersih yang tercatat negatif sebesar 4,2%, lebih rendah dari perkiraan Bahana yang semula memperkirakan akan tumbuh positif di kisaran 9%.


Dia menyebutkan, beberapa emiten masih memperlihatkan kinerja positif, namun tidak sedikit yang mencatatkan kinerja stagnan dan bahkan ada yang mengalami pertumbuhan negatif sejalan dengan lemahnya pertumbuhan ekonomi domestik akibat kondisi global.

"Dalam catatan Bahana dari kinerja keuangan 100 emiten yang diamati, secara keseluruhan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 3,6% untuk periode Januari -September 2019, terutama ditopang oleh sektor perbankan, semen, kesehatan dan obat-obatan, sedangkan sektor konstruksi, perkebunan dan property membukukan kinerja negatif," kata Lucky dalam siaran persnya, Senin (18/11/2019).

Di periode tersebut, margin laba kotor mencatat rata-rata pertumbuhan sebesar 2,9% secara tahunan dengan kinerja dari sektor konsumer terutama kontribusi dari PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), sedangkan emiten dari sektor perkebunan, konstruksi dan unggas membukukan kinerja negatif.


Adapun laba operasional hanya tumbuh sebesar 1,8% dibanding periode yang sama tahun lalu, karena turunnya kinerja emiten dari sektor unggas, perkebunan dan konsumer.

"Kami memperkirakan pada kuartal keempat, pertumbuhan laba operasional masih akan tertekan untuk sebagian besar emiten, kecuali untuk emiten sektor rokok, perkebunan dan perbankan," tambahnya.

Namun dengan tren penurunan suku bunga dan rupiah yang menguat akan membantu laba emiten dari sektor telekomunikasi dan semen yang cukup tergantung pada penguatan Rupiah karena banyak mengeluarkan biaya dalam dolar AS.


Laba bersih emiten diprediksi akan mengalami pertumbuhan sekitar 2%-3% untuk full year 2019. Terdapat risiko yang patut diantisipasi adalah realisasi penerimaan pajak selama 8 bulan pertama 2019, yang masih tercatat sebesar 51% dari target APBN 2019 yang ditetapkan sebesar Rp 1.577,56 triliun.

Hal ini bisa berdampak pada tertundanya belanja pemerintah yang bisa mempengaruhi emiten konstruksi, perbankan dan telekomunikasi yang terkait dengan proyek pemerintah.

Simak proyeksi IHSG dari sekuritas lainnya

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular