Titah OJK, Bareksa Suspensi 2 Produk Reksa Dana Narada

Irvin Avriano Arief & tahir saleh, CNBC Indonesia
15 November 2019 14:53
Simak Portofolio dari Reksa Dananya
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Ni Putu Kurniasari menambahkan, sesuai kebijakan OJK tersebut, Bareksa langsung menetapkan penghentian sementara (suspensi) semua transaksi pembelian reksadana Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I. 

Suspensi pembelian produk Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I diberlakukan mulai Kamis kemarin, 14 November 2019.

"Suspensi sementara akan diberlakukan hingga ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak manajer investasi," ujarnya.


Suspensi ini juga terkait dengan instruksi OJK yang dikirimkan ke sistem S-Invest per tanggal 13 November 2019 pukul 18:50 WIB. Order transaksi beli setelah instruksi ini akan otomatis ditolak. Meski pembelian dihentikan sementara, nasabah Bareksa yang memiliki kedua produk Narada itu bisa menahan investasi dahulu atau mengalihkannya ke produk yang lain. 


Berdasarkan data di situs yang sama, diketahui nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/unit) Narada Saham Indonesia per akhir 2018 berada pada 1.663, dan berada pada rentang 1.559-1.693 hingga akhir Oktober.

Pada 1 November, NAB/unit reksa dana tersebut berada pada 1.683/unit. Namun sehari setelahnya, NAB/unit tersebut turun 2,26% menjadi 1.645/unit hingga turun beruntun sampai ke 870,75/unit semalam (14/11/19).

Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Dihitung dari posisi 1.679/unit pada akhir Oktober, maka koreksi yang terjadi adalah sebesar 48,18% dalam 10 hari perdagangan bursa. Hingga akhir Oktober, dana kelolaan produk itu tercatat Rp 884,29 miliar.

Hal serupa juga terjadi pada NAB/unit Narada Campuran I, di mana penurunan terjadi hingga 786/unit kemarin (13/11/19) dari 1.347/unit. Dana kelolaan reksa dana tersebut adalah Rp 348,14 miliar.

Dalam lembar fakta (fact sheet) Narada Saham Indonesia periode September 2019, ditunjukkan bahwa lima portofolio terbesar produk itu adalah saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), dan PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA). Dua saham lain adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

Fact sheet Narada Campuran I menunjukkan selain TGRA, empat portofolio terbesar produk itu adalah saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), dan Sukuk PT Indosat Tbk (ISAT).

Data OJK mencatat total dana kelolaan reksa dana Narada per akhir Oktober senilai Rp 1,97 triliun, naik 73,47% atau senilai Rp 836,64 miliar dari posisi akhir tahun lalu Rp 1,13 triliun.

Persentase kenaikan dana kelolaan atau asset under managemen (AUM) Narada lebih besar dibanding pertumbuhan dana kelolaan industri 9,71% menjadi Rp 554,43 triliun dari tahun lalu Rp 505,39 triliun.

Hingga saat ini manajemen Narada Aset diketahui belum memberikan pernyataan kepada Bareksa terkait kinerja dua produk tersebut.

"Sembari menunggu klarifikasi dari Narada Aset Manajemen sebagai pengelola dana, investor bisa mempertimbangkan beberapa strategi termasuk memindahkan portofolionya ke produk lain. Meski begitu,
 Bareksa menyerahkan semua keputusan investasinya kepada nasabah yang memiliki kedua reksadana tersebut," tulis Bareksa dalam situsnya.

CNBC Indonesia sudah mencoba menghubungi Vice President Marketing Communications Narada Aset Manajemen Jalaludin Miftah sejak Jumat pagi, namun hingga kini belum ada jawaban terkait suspensi Bareksa ini.

(tas/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular