
Bareksa Suspensi 2 Produk Reksa Dana Narada, Ada Apa?
CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
15 November 2019 09:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Agen penjual reksa dana (Aperd) berbasis fintech PT Bareksa Portal Investasi melakukan pembekuan pembelian sementara oleh nasabah atas dua reksa dana yang dikelola PT Narada Aset Manajemen, yaitu Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I.
Berdasarkan keterangan di situs Bareksa, Kamis malam (14/11/19), pembekuan sementara (suspensi) pembelian oleh nasabah dilakukan pada Narada Saham Indonesia yang merupakan reksa dana saham dan Narada Campuran I yang berbentuk reksa dana campuran.
Penyebab suspensi adalah pertimbangan perseroan terhadap kinerja dua produk Narada Aset Manajemen dalam 3 hari terakhir yang anjlok.
Chief Business Development Bareksa, Ni Putu Kurniasari, mengatakan, suspensi pembelian produk Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I akan berlaku mulai Kamis kemarin, 14 November 2019.
"Suspensi sementara akan diberlakukan hingga ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak manajer investasi," ujarnya.
Meskipun suspensi diberlakukan kepada aksi beli investor, tetapi investor yang ingin menjual kedua reksa dana masih dapat dilakukan seperti biasa.
Berdasarkan data di situs yang sama, diketahui nilai aktiva bersih per unit (NAB/unit) Narada Saham Indonesia per akhir 2018 berada pada 1.663, dan berada pada rentang 1.559-1.693 hingga akhir Oktober.
Pada 1 November, NAB/unit reksa dana tersebut berada pada 1.683/unit. Namun sehari setelahnya, NAB/unit tersebut turun 2,26% menjadi 1.645/unit hingga turun beruntun sampai ke 870,75/unit semalam (14/11/19).
Dihitung dari posisi 1.679/unit pada akhir Oktober, maka koreksi yang terjadi adalah sebesar 48,18%. Hingga akhir Oktober, dana kelolaan produk itu tercatat Rp 884,29 miliar.
Hal serupa juga terjadi pada NAB/unit Narada Campuran I, di mana penurunan terjadi hingga 786/unit kemarin (13/11/19) dari 1.347/unit. Dana kelolaan reksa dana tersebut adalah Rp 348,14 miliar.
Dalam lembar fakta (fact sheet) Narada Saham Indonesia periode September 2019, ditunjukkan bahwa lima portofolio terbesar produk itu adalah saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), dan PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA). Dua saham lain adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Fact sheet Narada Campuran I menunjukkan lima portofolio terbesar produk itu adalah saham TGRA, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), dan Sukuk PT Indosat Tbk (ISAT).
Sebelumnya, salah satu manajer investasi yaitu PT Minna Padi Aset Manajemen baru disuspensi penjualan reksa dananya. Meskipun sama-sama suspensi, tetapi penghentian penjualan reksa dana Minna Padi Aset Manajemen dijatuhkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hingga saat ini manajemen Narada Aset diketahui belum memberikan pernyataan kepada Bareksa terkait kinerja dua produk tersebut.
"Sembari menunggu klarifikasi dari Narada Aset Manajemen sebagai pengelola dana, investor bisa mempertimbangkan beberapa strategi termasuk memindahkan portofolionya ke produk lain. Meski begitu, Bareksa menyerahkan semua keputusan investasinya kepada nasabah yang memiliki kedua reksadana tersebut," tulis Bareksa dalam situsnya.
CNBC Indonesia sudah mencoba menghubungi Vice President Marketing Communications Narada Aset Manajemen Jalaludin Miftah, namun hingga kini belum ada jawaban terkait suspensi Bareksa ini.
Simak saham-saham tidur di BEI
(tas/hps) Next Article OJK Masih Periksa Kasus Narada, Adakah Broker Lain Terseret?
Berdasarkan keterangan di situs Bareksa, Kamis malam (14/11/19), pembekuan sementara (suspensi) pembelian oleh nasabah dilakukan pada Narada Saham Indonesia yang merupakan reksa dana saham dan Narada Campuran I yang berbentuk reksa dana campuran.
Penyebab suspensi adalah pertimbangan perseroan terhadap kinerja dua produk Narada Aset Manajemen dalam 3 hari terakhir yang anjlok.
"Suspensi sementara akan diberlakukan hingga ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak manajer investasi," ujarnya.
Meskipun suspensi diberlakukan kepada aksi beli investor, tetapi investor yang ingin menjual kedua reksa dana masih dapat dilakukan seperti biasa.
Berdasarkan data di situs yang sama, diketahui nilai aktiva bersih per unit (NAB/unit) Narada Saham Indonesia per akhir 2018 berada pada 1.663, dan berada pada rentang 1.559-1.693 hingga akhir Oktober.
Pada 1 November, NAB/unit reksa dana tersebut berada pada 1.683/unit. Namun sehari setelahnya, NAB/unit tersebut turun 2,26% menjadi 1.645/unit hingga turun beruntun sampai ke 870,75/unit semalam (14/11/19).
Dihitung dari posisi 1.679/unit pada akhir Oktober, maka koreksi yang terjadi adalah sebesar 48,18%. Hingga akhir Oktober, dana kelolaan produk itu tercatat Rp 884,29 miliar.
Hal serupa juga terjadi pada NAB/unit Narada Campuran I, di mana penurunan terjadi hingga 786/unit kemarin (13/11/19) dari 1.347/unit. Dana kelolaan reksa dana tersebut adalah Rp 348,14 miliar.
Dalam lembar fakta (fact sheet) Narada Saham Indonesia periode September 2019, ditunjukkan bahwa lima portofolio terbesar produk itu adalah saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), dan PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA). Dua saham lain adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Fact sheet Narada Campuran I menunjukkan lima portofolio terbesar produk itu adalah saham TGRA, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), dan Sukuk PT Indosat Tbk (ISAT).
Sebelumnya, salah satu manajer investasi yaitu PT Minna Padi Aset Manajemen baru disuspensi penjualan reksa dananya. Meskipun sama-sama suspensi, tetapi penghentian penjualan reksa dana Minna Padi Aset Manajemen dijatuhkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hingga saat ini manajemen Narada Aset diketahui belum memberikan pernyataan kepada Bareksa terkait kinerja dua produk tersebut.
"Sembari menunggu klarifikasi dari Narada Aset Manajemen sebagai pengelola dana, investor bisa mempertimbangkan beberapa strategi termasuk memindahkan portofolionya ke produk lain. Meski begitu, Bareksa menyerahkan semua keputusan investasinya kepada nasabah yang memiliki kedua reksadana tersebut," tulis Bareksa dalam situsnya.
CNBC Indonesia sudah mencoba menghubungi Vice President Marketing Communications Narada Aset Manajemen Jalaludin Miftah, namun hingga kini belum ada jawaban terkait suspensi Bareksa ini.
Simak saham-saham tidur di BEI
(tas/hps) Next Article OJK Masih Periksa Kasus Narada, Adakah Broker Lain Terseret?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular