Tragis! Emas Anjlok 3,7%, Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 November 2019 12:53
Tragis! Emas Anjlok 3,7%, Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia anjlok tajam sepanjang pekan ini. Dalam 5 hari perdagangan, si logam mulia ini melemah empat kali hingga mencapai level terlemah dalam 3 bulan terakhir.

Para investor mulai melepas kepemilikan emas akibat kemungkinan ditandatanganinya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, serta bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kemungkinan menghentikan periode pemangkasan suku bunga. 

Pada pekan lalu, saat The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,75%, sang ketua Jerome Powell mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali jika perekonomian Paman Sam kembali memburuk.



Total sepanjang pekan ini emas anjlok 3,7% ke US$ 1.458,41/troy ons yang merupakan level terlemah sejak 5 Agustus lalu.



Kesepakatan dagang AS-China mengalami pasang surut di pekan ini.

Mengutip CNBC International Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.

Di sisi lain, AS membantah pernyataan dari China tersebut. Reuters memberitakan penghapusan bea masuk menimbulkan pertentangan di internal pemerintahan AS.

Beberapa sumber mengungkapkan bahwa terjadi penolakan terhadap rencana tersebut. Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.

Hal tersebut ditegaskan sendiri oleh Presiden AS, Donald Trump, juga mengatakan ia tidak setuju untuk membatalkan bea masuk, sebagaimana dilaporkan CNBC International.

Meski demikian pelaku pasar masih optimis jika kesepakatan tersebut akan segera ditandatangani, dan perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut segera berakhir. Hal tersebut tercermin dari pergerakan bursa saham AS, dimana indeks S&P 500 berhasil mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Jumat kemarin.



Ketika perang dagang berakhir, maka pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan membaik, dan emas yang menyandang status sebagai aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik lagi.

Perang dagang AS-China telah membuat perekonomian global melambat, bank sentral di beberapa negara, termasuk AS, menurunkan suku bunga guna memberikan stimulus ke perekonomian. Akibatnya di tahun ini harga emas sempat melesat naik 21% ke US$ 1.557/troy ons yang dicapai pada awal September lalu, dan merupakan level tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir.

Namun semenjak mencapai rekor tertinggi tersebut, emas "kehabisan bensin" dan perlahan mulai terkoreksi turun, hingga anjlok 3,7% yang merupakan penurunan mingguan terbesar dalam tiga tahun terakhir.

Pada akhir Oktober lalu, harga emas masih berada di atas US$ 1.500/troy ons,tetapi tren kenaikannya diprediksi sudah berakhir oleh Chief Commodities Economist di Capital Economics, Caroline Bain. Capital Economics merupakan lembaga riset makroekonomi ternama yang berbasis di London.

Melansir kitco.com, Bain memproyeksikan harga emas dunia berada di kisaran US$ 1.350/troy ons di akhir 2020. "Tren kenaikan harga emas sudah berakhir," ujarnya.

Untuk tahun 2021, harga emas diprediksi masih akan turun lagi ke kisaran US$ 1.250/troy ons. 

"Di tahun ini, harga emas diuntungkan oleh ketidakpastian ekonomi, peningkatan tensi geopolitik, serta pemangkasan suku bunga di AS" kata Bain.



Capital Economics memprediksi di tahun depan pertumbuhan ekonomi global akan membaik, yang membuat selera terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar meningkat, dampaknya emas tidak akan menarik lagi. Bain mengatakan "investasi terbaik" untuk tahun depan bukan logam mulia.

Ketika tren kenaikan harga emas berakhir, maka aksi jual yang akan segera tiba. Hal tersebut diprediksi oleh ahli strategi komoditas dari TD Securities, Ryan McKay. 

Menurut McKay, trader mengamati US$ 1.480/oz, di mana emas bertahan di atas level tersebut dalam beberapa pekan terakhir. Kini level tersebut sudah dilewati, hal tersebut dikatakan menyiratkan kenaikan harga emas belakangan ini sudah mendekati akhir.

"Kita melihat rally di aset berisiko, dolar menguat dan saham-saham mencapai rekor tertinggi. Masih banyak posisi beli (long) emas dalam beberapa bulan terakhir, dan kita mulai melihat posisi itu dilikuidasi (dijual)" kata MaKay sebagaimana dilansir CNBC International

Adapun untuk harga emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam ambles lagi pada perdagangan Sabtu ini (9/11/2019). Pada hari ini, emas Antam 100 gram yang menjadi acuan turun di level Rp 69,20 juta atau menjadi Rp 692.000/gram.

Adapun harga emas Antam 1 gram juga turun Rp 4.000/gram menjadi Rp 741.000/gram. Di situs
logammulia itu, terdapat banyak jumlah emas berdasarkan gram, biasanya yang menjadi acuan ialah 100 gram.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/tas) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular