Happy Weekend! IHSG Terbaik ke-2 di Asia, Tambang Penolongnya

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
08 November 2019 16:38
Happy Weekend! IHSG Terbaik ke-2 di Asia, Tambang Penolongnya
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Happy weekend untuk bursa saham utama Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,2% ke level 6.177,99 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (8/11/2019).

Penguatan tersebut membuat IHSG mampu menduduki posisi runner-up terbaik di kawasan Asia.

Hal ini dikarenakan, berbeda dengan IHSG, bursa saham utama di Benua Kuning mayoritas justru bergerak ke selatan. Indeks Straits Times anjlok 0,72%, indeks Hang Seng melemah 0,7%, indeks Shanghai melemah 0,49%, dan indeks Kospi turun 0,33%. Hanya indeks Nikkei yang berhasil membukukan penguatan dengan naik 0,26%.



Dari grafik di atas terlihat bahwa bursa saham utama Ibu Pertiwi juga sempat merasakan pahitnya zona merah pada perdagangan sesi I hari ini.

Sentimen yang menekan pergerakan IHSG di awal perdagangan adalah kabar bahwa Amerika Serikat (AS) dan China setuju untuk menghapuskan bea masuk produk impor masing-masing negara, yang merupakan klaim sepihak dari Negeri Tiongkok.

Pasalnya, pihak Washington membantah klaim tersebut. Penasehat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro menegaskan bahwa pihak AS tak pernah menyepakati hal tersebut dengan China. Navarro pun menilai China tengah melakukan upaya propaganda.

"Tidak ada kesepakatan untuk saat ini yang menghapuskan semua tarif yang diberlakukan sebagai kondisi untuk kesepakatan dagang fase pertama," tegas Navarro dalam wawancara dengan Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (8/11/2019).


"Mereka hanya bernegosiasi di ranah publik dan tengah mencoba mendorong (kesepakatan) ke satu arah." tambah Navarro.

Menurut Navarro pernyataan itu keluar dari media pemerintah China. Ia menilai media China tengah melakukan upaya propaganda.

Seperti diketahui, Kamis kemarin (7/11/2019), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengabarkan bahwa kedua belah pihak telah setuju untuk secara bersama-sama menghapuskan bea masuk yang menyasar produk impor dari masing-masing negara senilai ratusan miliar tersebut.

"Di dua minggu ini, para negosiator telah melakukan pembicaraan serius, diskusi konstruktif dan setuju untuk menghilangkan tarif-tarif tambahan di tiap fase (kesepakatan) sebagai kelanjutan dari perjanjian yang tengah berjalan," ujar Gao sebagaimana ditulis Bloomberg mengutip televisi pemerintah.
IHSG berhasil berkelit dari zona merah dan menyambut happy weekend didorong oleh penguatan yang dicatatkan oleh emiten batu bara.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan, harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melesat 7,95%, PT United Tractors Tbk (UNTR) menguat 5,98%, PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) naik 5,36%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 4,03%, dan PT Indika Energy Tbk (INDY) naik 3,03%.

Pelaku pasar memburu saham emiten batu bara seiring dengan keputusan Amerika Serikat (AS) untuk menarik diri dari kesepakatan Paris atau Paris Climate Agreement.


Sebagai informasi, negara-negara yang berkomitmen dalam perjanjian tersebut sepakat untuk mengurangi emisi karbon, menjaga suhu, dan membantu pendanaan pembangunan yang berkelanjutan. Alhasil secara tidak langsung untuk memenuhi komitmen ini, negara bersangkutan mulai mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, seperti batu bara.

Mundurnya AS dari perjanjian tersebut meningkatkan ekspektasi pelaku pasar bahwa permintaan akan batu bara akan mulai meningkat. Terlebih lagi karena sudah memasuki musim dingin, maka akan diperlukan bahan bakar lebih untuk pemanas ruangan.

Selain itu, investor domestik juga menyambut gembira rilis data ekspor dan impor Negeri Tiongkok yang berhasil mengalahkan ekspektasi pasar.

Sepanjang bulan Oktober, ekspor China hanya melemah 0,9% year-on-year (YoY), jauh lebih baik dari konsensus pasar yang mengestimasi penurunan 3,9% secara tahunan, dilansir Trading Economics.

Serupa dengan pencapaian ekspor, impor Negeri Tirai Bambu juga tercatat hanya turun 6,4% YoY, lebih baik dari ekspektasi analis yang memproyeksi penurunan 8,9% YoY.

Alhasil kinerja neraca perdagangan China berhasil mencapai level US$ 42,81 miliar. Nilai tersebut lebih baik dari perolehan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 39,65 miliar dan juga mengalahkan konsensus pasar yang ada di level US$ 40,83 miliar.

Data ekspor impor China yang lebih baik dari ekspektasi analis tentu meningkatkan harapan pelaku pasar bahwa ke depan perputaran rantai pasokan global dapat pulih. Hal ini mengingat China merupakan rekan dagang utama, baik untuk negara maju dan negara berkembang seperti Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular