
Duh! Baru 2 Bulan IPO, Saham Emiten Ini Nyungsep ke Gocap

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, pada tahun ini jumlah perusahaan tercatat atau emiten hingga akhir tahun berpotensi kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Otoritas bursa optimistis target 75 perusahaan tercatat sepanjang tahun 2019 akan tercapai.
Hingga Jumat ini (8/11/2019), jumlah emiten baru pada tahun ini sudah mencapai 44 perusahaan setelah dua emiten tercatat atau listing hari ini. Keduanya yakni PT Singaraja Putra Tbk (SINI) dan PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS).
Saham SINI langsung mengalami auto reject atas atau naik 69,44% ke Rp 183/saham saat pencatatan perdananya, dibuka di harga Rp 108 per saham, sementara saham WOWS juga menguat 13,33% ke Rp 510/saham saat pencatatan perdana, dibuka di harga Rp 450 per saham.
Namun di balik jumlah 44 emiten baru ini, tidak seluruhnya menguat. Bahkan ada emiten yang baru tercatat 2 bulan, sudah ambles ke level terendah Rp 50/saham.
Emiten tersebut adalah PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI) yang tercatat di papan pengembangan BEI pada Senin (16/9/2019). Saat listing kala itu, saham emiten properti ini melesat 20% ke Rp 180/saham saat pencatatan perdana, sahamnya dibuka di harga Rp 150/saham.
Ketika itu saham BAPI diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 112 kali dengan volume 107.413 lot saham dan menghasilkan nilai sebesar Rp 2,5 miliar. Tapi pada penutupan perdagangan sesi I saat itu, saham ini sudah loyo lagi dengan penutupan sebesar 10,67% ke Rp 134/saham.
Data perdagangan BEI mencatat, pada Jumat ini (8/11/), saham BAPI stagnan di level Rp 50/saham atau ambles 67% dari harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Bahkan tak ada transaksi dalam sebulan terakhir di saham ini menurut catatan perdagangan BEI. Saham ini terakhir diperdagangkan di level Rp 50/saham, dengan kapitalisasi pasar Rp 279,59 miliar.
Padahal, dari sisi kinerja, bisnis perusahaan berkinerja baik. Laporan keuangan BAPI per September 2019 menunjukkan, pendapatan perusahaan dalam 9 bulan tahun ini meroket 327% menjadi Rp 12,56 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 2,94 miliar.
Bahkan perusahaan mampu meraih laba Rp 1,01 miliar dari rugi bersih periode yang sama tahun lalu Rp 281,67 juta. Penjualan yang naik itu semuanya ditopang penjualan apartemen di wilayah Ciledug, Tangerang.
Usai pencatatan saat itu, Direktur Bhakti Agung Propertindo Agung Hadu Tjahjanto pun optimistis pasar properti Indonesia mulai tahun ini kembali bergairah kembali setelah mengalami kelesuan beberapa tahun terakhir. Manajemen memperkirakan penjualan properti miliknya akan mencapai puncak penjualan pada 2022.
Dalam waktu 3 tahun mendatang diproyeksikan penjualan perusahaan akan mencapai Rp 137 miliar atas penjualan 1.300 unit properti miliknya. Pada tahun tersebut perusahaan juga memperkirakan akan menyelesaikan kawasan mixed use yang dikembangkannya di Ciledug, Tangerang.
"2019 ini trennya mulai naik dan kami sangat yakin dengan IPO ini kami menjadi lebih bagus lagi," kata Agung, Senin (16/9/2019).
Masuk UMA
Pada 27 September, Lidia M Panjaitan, Kadiv Pengawasan Transaksi BEI, dan Mulyana, PH Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan, mengeluarkan pengumuman bahwa saham BAPI masuk pengawasan khusus karena telah terjadi penurunan harga dan peningkatan aktivitas saham BAPI yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA.
"Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangan di bidang pasar modal," tulis keduanya, dalam pengumuman BEI, 27 September 2019.
Sebab itu, BEI menegaskan bahwa tengah mencermati perkembangan pola transaksi saham ini. Oleh karena itu, para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban emiten atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya.
Selain itu, investor juga diminta mengkaji kembali rencana aksi korporasi emiten tersebut dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum mengambil keputusan investasi.
Sebelumnya Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan pipeline BEI mencatat hingga Selasa (15/10/2019), ada 30 perusahaan yang menyatakan kesiapan melantai di BEI dengan tahun buku acuan rata-rata Juni 2019. Dengan demikian, target 71 perusahaan tercatat sudah di tangan.
Otoritas bursa optimistis target 75 perusahaan tercatat sepanjang tahun 2019 akan tercapai. "Mudah-mudahan kalau tidak ada halangan 30 masuk semua, harapan kita ke depan lebih dari pencapaian kita dari tahun kemarin. Kita optimis jumlah perusahaan tercatat tahun ini akan menjadi rekor baru," ungkap Nyoman di BEI, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Sebagai gambaran, pada tahun 2018, BEI berhasil mencatat rekor jumlah perusahaan tertinggi sejak tahun 1992, di mana 55 perusahaan melantai di BEI.
Simak deretan saham tidur di BEI
(tas/hoi) Next Article Bhakti Agung Propertindo Raih Rp 251 M Dari IPO
