
Saham-saham Konsumer Amburadul, IHSG Merah Lagi

Sentimen negatif dari dalam negeri menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham tanah air. Sentimen domestik yang dimaksud tersebut adalah rilis data penjualan barang-barang ritel.
Survei Penjualan Eceran (SPE) periode September 2019 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) kemarin menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh tipis sebesar 0,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada bulan September, sangat jauh di bawah capaian periode yang sama tahun lalu (September 2018) yang mencapai 4,8% YoY.
Untuk diketahui,sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.
Rilis data tersebut lantas semakin menguatkan anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah.
Pada pekan lalu, BPS mengumumkan bahwa pada Oktober 2019 terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,13%.
"Hasil pantauan BPS di 82 kota terjadi inflasi 0,02%. Untuk inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2019 mencapai 2,22% dan year-on-year 3,13%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya, Jumat (1/11/2019).
Inflasi pada bulan lalu berada di posisi yang lebih rendah ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan diperkirakan sebesar 3,23%.
Wajar jika konsumsi masyarakat Indonesia yang begitu lemah membuat pelaku pasar saham tanah air memasang posisi yang sangat defensif. Pasalnya, lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2018, konsumsi rumah tangga menyumbang sebesar 55,7% dari total perekonomian Indonesia.
Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga hanya tercatat tumbuh sebesar 5,01% secara tahunan. Alhasil, pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut hanya mampu mencapai 5,02%, di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.
Seiring dengan semakin kuatnya anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang lemah, saham-saham konsumer dilego pelaku pasar. Per akhir sesi dua, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 1,71%.
Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar di antaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-3,79%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-3,74%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-2,88%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,59%), dan PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,94%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)