Perang Dagang Buat AS-China Buntung, Ini Buktinya!

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 November 2019 11:38
AS & China sama-sama buntung karena perang dagang
Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam istilah perang biasanya ada pihak yang menang dan yang kalah. Hal ini pun seharusnya berlaku dalam perang dagang yang sedang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Namun, faktanya tidak begitu. Tidak ada pemenang dalam perang dagang kedua ekonomi terbesar di dunia itu, alias sama-sama menderita kekalahan.


Seiring berlarutnya perundingan dagang yang digelar, sebagaimana dilansir CNBC International, kerugian yang diderita AS-China sama-sama meningkatkan. Bahkan nilanya hingga puluhan miliar dolar.

Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Presiden Donald Trump yang selalu mengatakan China lebih merugi ketimbang AS. Faktanya, data perdagangan yang dirilis pada hari Selasa (5/11/2019) menunjukkan impor AS dari China turun tajam sebesar US$ 53 miliar.

Bukan hanya itu, ekspor AS ke China juga turun menjadi hanya US$ 14,5 miliar. Data itu dengan jelas menunjukkan bahwa jumlah ekspor AS ke China lebih sedikit dibandingkan impornya.

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, ekspor AS ke China turun 15,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jumlah itu lebih besar dari penurunan 13,5% untuk impor dari China.

Kerugian pun tergambar jelas pada industri individu. Dibandingkan dengan sembilan bulan pertama tahun 2017, sebelum perang perdagangan dimulai, ekspor mineral dan bijih ke China pada tahun 2019 turun 65%.


Ekspor juga turun 39% untuk produk kehutanan dan 35% untuk produk ternak. Sementara itu, ekspor pertanian AS turun sebesar US$ 2 miliar.

Ekspor peralatan transportasi juga turun US$ 5,8 miliar, yang kemungkinan terkait dengan masalah yang terjadi pada perusahaan pesawat Boeing. Seperti diketahui, pesawat terlaris buatan Boeing, 737 Max, saat ini sedang di bawah penyelidikan dan dilarang beroperasi di banyak negara.

Namun begitu, industri-industri yang paling merugi kemungkinan akan kembali pulih jika tarif yang diterapkan kedua negara berkurang dan perundingan dagang menghasilkan kemajuan. Akibat perang dagang, sebagian industri AS juga mungkin telah menemukan pasar baru dan mengurangi ketergantungan pada pasar China yang besar.

Tapi China juga kemungkinan telah menemukan pemasok baru akibat perang dagang ini. Hal ini berarti eksportir AS jelas akan merugi untuk 'selamanya' akibat kehilangan pembelian dari China.

Sebelumnya, laporan lembaga PBB, Conference on Trade and Development (UNCTAD), juga memperlihatkan kenaikan tarif membawa efek buruk bagi AS dan China.

"Perang dagang bukan hanya a lose-lose trade war bagi para pesaing utama, ini juga membahayakan stabilitas ekonomi global dan pertumbuhan masa depan," kata Kepala Divisi Perdagangan dan Komoditas Internasional UNCTAD Pamela Coke Hamilton.

"Tarif AS ke China merugikan ekonomi kedua negara," tegasnya lagi.

Hal senada juga dikatakan ekonom UNCTAD Alessandro Nicita. Bahkan menurutnya, konsumen dan perusahaan AS merupakan pihak yang paling menderita karena perang dagang.

Laporan ini tidak memuat secara spesifik dampak pada China. Hanya saja dikatakannya perusahaan China terpaksa memotong biaya agar barang tetap murah untuk mempertahankan pasar.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Setelah Pertemuan Fase Pertama, Apa AS-China Happy?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular