
Jokowinomics Bisa Untungkan 12 Emiten Ini Lho, Cek di Sini!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 November 2019 18:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Mimpi besar RI-1 Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bawa ekonomi Indonesia meroket 7% per tahun identik dengan istilah "Jokowinomics". Paham Jokowinomics ini berpotensi menguntungkan untungkan emiten dari berbagai industri terutama sekor konstruksi, jasa keuangan, material dan properti.
Menurut studi yang dilakukan oleh UBS, target pertumbuhan 7% per tahun memang ambisius. Namun bukan berarti target tersebut tidak bisa dicapai oleh Indonesia. Jika janji Jokowi tersebut tercapai, maka nilai PDB Indonesia pada 2045 akan mencapai US$ 7 triliun dan nilai PDB/kapitanya mencapai US$ 22.000.
UBS melalui studinya menjelaskan, target tersebut dapat tercapai jika pemerintah fokus dalam menyelesaikan berbagai masalah struktural yang dihadapi oleh Indonesia. UBS lebih menyoroti bagaimana Indonesia bisa membiayai pertumbuhannya.
"Tantangannya adalah untuk mengembangkan industri manufaktur dan jasa berbasis ekspor yang kuat untuk dapat membiayai impor" papar UBS.
UBS menilai Jokowi telah menetapkan agenda prioritas untuk menyelesaikan permasalahan ini melalui pendekatan reformasi pada tiga aspek yaitu kebijakan, sumber daya manusia (SDM) hingga infrastruktur.
Dalam studi tersebut UBS optimis, bahwa kebijakan tersebut akan lebih membuahkan hasil di periode kedua Jokowi. Dari sisi kebijakan UBS menyoroti reformasi pajak korporasi yang dari 25% menjadi 20% dalam dua tahap di mulai tahun 2021, menetapkan hukum ketenagakerjaan yang lebih business friendly hingga merevisi daftar negatif investasi sehingga dapat menarik penanaman modal asing (PMA)
Dari sisi sumber daya manusia, jika pemerintahan Jokowi di periode kedua ini berhasil meramu kebijakan dengan efektif dan mengeksekusinya dengan baik maka daya saing global industri manufaktur Indonesia akan membaik.
Contohnya melalui insentif super deductible tax yang diumumkan pada Juni 2019. Melalui kebijakan ini, perusahaan yang mengembangkan program magang serta aktivitas riset dan pengembangan akan mendapatkan berbagai macam insentif pajak.
Dari sisi pengembangan infrastruktur, fokus pemerintah untuk meneruskan pengembangan infrastruktur seperti pembangunan jalan Trans Sumatra, Trans Kalimantan, Trans Sulawesi, Trans Papua serta relokasi ibu kota ke Kalimantan akan menciptakan pemerataan ekonomi ke depannya.
UBS memandang agenda reformasi pemerintahan Jokowi 2.0 ini dan masuknya oposisi Prabowo Subiyanto ke dalam koalisi jadi momentum yang tepat bagi investor untuk menggelontorkan dananya ke beberapa saham di Indonesia.
UBS merekomendasikan 12 saham berikut ini yang terdiri dari berbagai industri dikarenakan valuasinya yang menarik dan juga potensi pertumbuhan pendapatannya yang lebih tinggi dibanding indeks MSCI Indonesia di tahun depan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/hps) Next Article IHSG Reli 10 Hari Berturut-Turut, Saham Ini Cuan Sampai 42%
Menurut studi yang dilakukan oleh UBS, target pertumbuhan 7% per tahun memang ambisius. Namun bukan berarti target tersebut tidak bisa dicapai oleh Indonesia. Jika janji Jokowi tersebut tercapai, maka nilai PDB Indonesia pada 2045 akan mencapai US$ 7 triliun dan nilai PDB/kapitanya mencapai US$ 22.000.
UBS melalui studinya menjelaskan, target tersebut dapat tercapai jika pemerintah fokus dalam menyelesaikan berbagai masalah struktural yang dihadapi oleh Indonesia. UBS lebih menyoroti bagaimana Indonesia bisa membiayai pertumbuhannya.
"Tantangannya adalah untuk mengembangkan industri manufaktur dan jasa berbasis ekspor yang kuat untuk dapat membiayai impor" papar UBS.
Dalam studi tersebut UBS optimis, bahwa kebijakan tersebut akan lebih membuahkan hasil di periode kedua Jokowi. Dari sisi kebijakan UBS menyoroti reformasi pajak korporasi yang dari 25% menjadi 20% dalam dua tahap di mulai tahun 2021, menetapkan hukum ketenagakerjaan yang lebih business friendly hingga merevisi daftar negatif investasi sehingga dapat menarik penanaman modal asing (PMA)
Dari sisi sumber daya manusia, jika pemerintahan Jokowi di periode kedua ini berhasil meramu kebijakan dengan efektif dan mengeksekusinya dengan baik maka daya saing global industri manufaktur Indonesia akan membaik.
Contohnya melalui insentif super deductible tax yang diumumkan pada Juni 2019. Melalui kebijakan ini, perusahaan yang mengembangkan program magang serta aktivitas riset dan pengembangan akan mendapatkan berbagai macam insentif pajak.
Dari sisi pengembangan infrastruktur, fokus pemerintah untuk meneruskan pengembangan infrastruktur seperti pembangunan jalan Trans Sumatra, Trans Kalimantan, Trans Sulawesi, Trans Papua serta relokasi ibu kota ke Kalimantan akan menciptakan pemerataan ekonomi ke depannya.
UBS memandang agenda reformasi pemerintahan Jokowi 2.0 ini dan masuknya oposisi Prabowo Subiyanto ke dalam koalisi jadi momentum yang tepat bagi investor untuk menggelontorkan dananya ke beberapa saham di Indonesia.
UBS merekomendasikan 12 saham berikut ini yang terdiri dari berbagai industri dikarenakan valuasinya yang menarik dan juga potensi pertumbuhan pendapatannya yang lebih tinggi dibanding indeks MSCI Indonesia di tahun depan.
![]() |
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/hps) Next Article IHSG Reli 10 Hari Berturut-Turut, Saham Ini Cuan Sampai 42%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular