Mandiri Prediksi PDB Cuma Capai 5% di Q3, Pasar Masih Galau

Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 November 2019 17:16
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memperkirakan realisasi pertumbuhan ekonomi di Q3 di level 5%.
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memperkirakan realisasi pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Bruto/PDB) Indonesia di kuartal III-2019 hanya akan mencapai 5%. Artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dibanding dengan kuartal sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan kuartal ketiga ini masih sepi sentimen, sehingga tak ada pendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kondisi perekonomian global saat ini belum menunjukkan sentimen positif di tengah tertekannya harga komoditas. Padahal, salah satu komponen pendorong ekonomi Indonesia adalah ekspor komoditas.

"Sekarang kuartal tiga kan hsepi sentimen sebenarnya. Kalau lihat kinerja government spending kan sudah besar di kuartal II kemarin," kata Andry di Mandiri Club, Jakarta, Senin (4/11/2019).


Dia menyebut, pertumbuhan ekonomi pada periode ini masih akan ditopang oleh private consumption atau konsumsi swasta.

Sebelumnya, Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini hanya akan mencapai 5,06%, jauh dari target yang dipatok pemerintah di level 5,3%. Namun, jika realisasi yang akan diumumkan BPS esok hari hanya sebesar 5%, maka akan sulit untuk mencapai target 5,06%.

"Kuartal IV itu lebih banyak didorong karena memang ada sentimen di kuartal IV. Kemarin sedikit perbaikan di private investment sih. Belum ada [sentimen yang lain]," kata dia.


Penantian data rilis pertumbuhan ekonomi pada Selasa esok ini membuat investor domestik melakukan aksi jual sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,43% di level 6.180,34 pada penutupan Senin sore ini. Padahal investor asing masuk cukup besar.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai beli bersih investor asing hari ini mencapai Rp 240,28 miliar di seluruh pasar. Di pasar negosiasi dan tunai nilai
net buy asing tercatat mencapai Rp 44,31 miliar, sementara di pasar reguler net buy mencapai Rp 195,97 miliar.

Saham-saham yang di borong investor asing antara lain, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) senilai Rp 162,05 miliar. Lalu saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 47,47 miliar, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) senilai Rp 34,23 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 23,89 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi sepanjang Juli-September tumbuh 5,02% secara tahunan, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 5,05%. Dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, Citibank, Trimegah, dan DBS memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah 5%, di kisaran 4,9%.

Pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh di bawah konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,19%.


Pada kuartal II-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, sama persis dengan konsensus. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,06% YoY.

Pada kuartal III-2019, konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,01% secara tahunan, melambat dari capaian di kuartal I dan II.

Jika hanya mencapai 5,01%, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2019 akan jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.

Simak proyeksi pertumbuhan ekonomi dari BI

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas) Next Article BI Tetap Yakin PDB Bisa Capai 5,4% Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular