Harga Gas Batal Naik, Asing Buru Saham PGAS hingga Rp 205 M

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 November 2019 16:50
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), menjadi saham yang paling banyak diburu investor asing.
Foto: Penetapan Harga Gas Bumi PGN Untuk Rumah Tangga Sesuai Regulasi. (PGN)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen gas milik pemerintah, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), menjadi saham yang paling banyak diburu investor asing pada penutupan perdagangan Senin ini (4/11/2019).

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, investor asing membukukan aksi beli bersih (net buy) atas saham PGAS mencapai Rp 204,94 miliar di seluruh pasar dan Rp 200,85 miliar di pasar reguler.

Tidak hanya itu, harga saham perusahaan juga bergeliat dan ditutup melesat 7,03% ke level Rp 1.980/unit saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 491,26 miliar dan volume perdagangan senilai 252,29 juta unit. Volume transaksi PGAS hampir 5 kali lipat dari rata-rata volume perdagangan harian yang hanya 53,93 juta unit.


Besar kemungkinan pernyataan Presiden Joko Widodo yang meminta harga gas untuk industri tidak naik menjadi katalis atas aksi beli yang menerpa saham PGAS pada perdagangan hari ini.

Presiden Jokowi meminta Menteri ESDM Arifin Tasrif untuk menghitung kembali komponen harga gas bagi kebutuhan industri. "Sementara ini saya sampaikan tidak naik," kata Jokowi Jumat, (01/11/2019).

Jokowi telah menyampaikan ke Menteri ESDM agar betul-betul harga gas dilihat lagi. Beban beban mana yang menyebabkan harga itu menjadi sebuah angka yang kalau dilihat oleh industri harga negara-negara lain harga kita ini terlalu mahal.


Menurutnya sejak dulu sudah disampaikan bahwa efisiensi harga-harga minyak maupun gas sangat penting karena menyangkut produk-produk yang dihasilkan industri kita.

"Peluang itu saya tangkap. Untuk industri-industri tertentu, harga gas sangat menentukan sekali," imbuhnya.

Sebagai informasi tambahan, sejak awal tahun hingga akhir kuartal III-2019 atau 9 bulan pertama tahun ini, laba bersih perseroan sebesar US$ 129,11 juta atau setara Rp 1,83 triliun (asumsi kurs Rp 14.174/US$). Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya keuntungan yang dicatatkan PGAS mencapai US$ 244,33 juta atau Rp 3,46 triliun.

Kinerja bottom line (laba bersih) perusahaan tertekan seiring dengan penurunan pada pos pemasukan, tingginya biaya beban pokok pendapatan, penurunan laba dari entitas ventura bersama, dan beban penurunan nilai properti minyak dan gas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article PGN Bakal Bangun 50 Ribu Jargas di 2021, Ada yang Minat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular