
Internasional
Penyebab Perang Dagang karena AS Takut Dikalahkan China?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 November 2019 17:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengaruh Amerika Serikat (AS) dalam kehidupan ekonomi dan politik negara lain sudah lama diketahui sangat besar. Bukti sederhananya adalah apa yang terjadi saat ini dalam perang dagang antara AS dengan China, yang sampai mempengaruhi negara-negara lainnya.
Seperti diketahui, China dan AS masih terlibat perang dagang hingga hari ini, Senin (4/11/2019). Kedua ekonomi terbesar itu sudah terlibat perang dagang sejak awal tahun 2018 lalu dan menerapkan tarif hingga ratusan miliar dolar terhadap barang satu sama lain.
Berbagai faktor penyebab perang dagang mereka di antaranya adalah karena AS menganggap China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil seperti melakukan pencurian kekayaan intelektual. Juga, akibat lebarnya defisit perdagangan antara kedua negara.
Dampak perang dagang itu sendiri sudah cukup terasa di China dan AS. Bahkan sampai mengancam pertumbuhan ekonomi dunia dan menjuruskan dunia ke dalam resesi.
Tapi, hingga saat ini masih banyak yang meragukan bahwa penyebab utama perang dagang kedua negara adalah praktik perdagangan China dan juga defisit. Sebab jika memang defisit, AS nyatanya tidak hanya mencatatkan defisit perdagangan yang lebar dari transaksinya dengan China.
Pemerintahan Presiden Donald Trump ini juga memiliki defisit perdagangan yang lumayan lebar dengan sekutunya, Jepang, seperti yang diungkapkan Michael Ivanovitch, seorang analis independen yang berfokus pada ekonomi dunia, geopolitik dan strategi investasi dalam tulisannya di CNBC International.
"Dengan Jepang, AS memiliki defisit sebesar US$ 48,6 miliar dalam delapan bulan pertama tahun ini, meningkat 6,3% dari tahun sebelumnya," katanya.
"Sementara itu dengan Uni Eropa, pada periode Januari hingga Agustus, surplus perdagangannya dengan AS mencapai 102,7 miliar euro, dan defisit perdagangan 127,4 miliar euro dengan China," katanya.
"Jerman menyumbang hampir sepertiga dari surplus dengan AS dan mengalami defisit yang sangat kecil dengan China, yaitu 7,5 miliar euro," katanya.
Seperti diketahui, China dan AS masih terlibat perang dagang hingga hari ini, Senin (4/11/2019). Kedua ekonomi terbesar itu sudah terlibat perang dagang sejak awal tahun 2018 lalu dan menerapkan tarif hingga ratusan miliar dolar terhadap barang satu sama lain.
Berbagai faktor penyebab perang dagang mereka di antaranya adalah karena AS menganggap China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil seperti melakukan pencurian kekayaan intelektual. Juga, akibat lebarnya defisit perdagangan antara kedua negara.
Tapi, hingga saat ini masih banyak yang meragukan bahwa penyebab utama perang dagang kedua negara adalah praktik perdagangan China dan juga defisit. Sebab jika memang defisit, AS nyatanya tidak hanya mencatatkan defisit perdagangan yang lebar dari transaksinya dengan China.
Pemerintahan Presiden Donald Trump ini juga memiliki defisit perdagangan yang lumayan lebar dengan sekutunya, Jepang, seperti yang diungkapkan Michael Ivanovitch, seorang analis independen yang berfokus pada ekonomi dunia, geopolitik dan strategi investasi dalam tulisannya di CNBC International.
"Dengan Jepang, AS memiliki defisit sebesar US$ 48,6 miliar dalam delapan bulan pertama tahun ini, meningkat 6,3% dari tahun sebelumnya," katanya.
"Sementara itu dengan Uni Eropa, pada periode Januari hingga Agustus, surplus perdagangannya dengan AS mencapai 102,7 miliar euro, dan defisit perdagangan 127,4 miliar euro dengan China," katanya.
"Jerman menyumbang hampir sepertiga dari surplus dengan AS dan mengalami defisit yang sangat kecil dengan China, yaitu 7,5 miliar euro," katanya.
Pages
Most Popular