Internasional

Damai Perang Dagang Masih Lama, Nego AS-China Alot

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
20 September 2019 09:04
Damai Perang Dagang Masih Lama, Nego AS-China Alot
Foto: Infografis/ Kronologi perang dagang AS-China belum temukan titik terang/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil negosiator perang dagang AS dan China kini memulai pembicaraan. Setelah menaikkan tensi ketegangan dua bulan terkhir, kedua negara akhirnya melakukan pertemuan di Washinton, Kamis (19/9/2019).

Sekitar 30 orang yang mewakili China sudah datang ke AS. China dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan Liao Min. Sementara AS diwakili Perwakilan Dagang (USTR) dipimpin Jeffrey Gerrish.

Fokus pembicaraan kali ini terkait dengan produk pertanian. Khusus untuk pertanian membahasan sangat alot hingga dua sesi.


Sedangkan satu sesi lainnya membahas perlindungan kekayaan intelektual China. Serta pemondahan paksa teknologi AS ke perusahaan-perusahaan China.

"Sesi di bidang pertanian akan mendapatkan porsi lebih," kata sumber sebagaimana dilansir Reuters. Presiden AS Donald Trump memfokuskan diri pada ekspor pertanian, setelah sektor unggulan itu terpukul hebat akibat tarif yang naik, salah satunya pada kedelai.


Menurut Sekretaris perdagangan AS, Wilbur Ross, permintaan China masih belum jelas. "Kami akan mencari tahu, dalam beberapa minggu ke depan," katanya di Fox Business network.

"Apa yang kita butuhkan adalah untuk memperbaiki keseimbangan besar, bukan hanya defisit perdagangan saat ini. Ini rumit daripada hanya membeli kedelai," jelasnya lagi.

Sementara itu, pemimpin surat kabar China Global Times menegaskan China akan mempertahankan pendiriannya. "Banyak pejabat AS yang salah membaca niat baik China," kata Hi Xijin yang kerap menjadi juru bicara China ini.

"China tidak suka berbicara keras sebelum negosiasi. Tetapi saya tahu China tidak ingin mencapai kesepakatan seperti yang dipikirkan AS," jelasnya.

Perang dagang sudah terjadi 14 bulan. Perang dagang bahkan mengguncang keuangan.

Akibat perang dagang, EOCD pun menurunkan pertumbuhan 2019, menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,2%.

Kekhawatiran resesi bahkan mendorong bank sentral melonggarkan kebijakan. the Federal Reserve bahkan memangkas suku bunga sebagai antisipasi risiko yang berkelanjutan.

Pembicaraan September ini adalah awal negosiasi AS dan China. Pertemuan tingkat Menteri dilakukan Oktober.

BERLANJUT KE HAL 2 >>>>

Sementara itu Penasehat Trump, Michael Pillsbury dalam sebuah wawancara di Hong Kong Kamis (19/9/19), AS bisa menaikkan tarif hingga 100%.

"Apakah presiden memiliki opsi untuk meningkatkan perang dagang? Ya, tarif bisa dinaikkan lebih tinggi. Ini adalah tarif tingkat rendah, yang bisa naik mencapai 50% atau 100%," katanya.

Ditegaskannya Trump tidak main-main dalam ungkapannya, bahkan di media sosialnya Twitter. Apalagi, kata dia, jika China keras kepala dan melakukan apa yang ia sebut "penghianatan" seperti kesepakatan awal Mei lalu.

Saat itu ada 150 halaman kesepakatan. Namun China tiba-tiba memasukkan hal-hal baru. Ini, kata Pillsbury, membuat Trump merasa dikhianati.

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular