
Sebulan Asing Kabur Rp 2,53 T, Siapa Penolong Hijaunya IHSG?

Jakarta, CNBC Indonesia - Lagi-lagi di menit-menit akhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali hijau setelah sempat berada di zona merah. Pada perdagangan Selasa kemarin (29/10/2019), IHSG ditutup menguat 0,25% di level 6.281,14, padahal indeks sempat ditutup memerah pada sesi siang.
Kondisi ini seperti berulang dengan apa yang terjadi pada perdagangan awal pekan, Senin lalu (28/10/2019) ketika IHSG juga sempat memerah, tapi di menit akhir ditutup naik, padahal masih terjadi aliran modal keluar dari asing alias net sell.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, Selasa kemarin net sell asing bahkan mencapai Rp 534,70 miliar di semua pasar, terdiri dari pasar reguler Rp 375,19 miliar dan pasar nego dan tunai Rp 159,52 miliar.
Di sesi I siang, net sell asing bahkan sudah tinggi Rp 343,13 miliar di semua pasar sehingga pada sesi II bertambah nilainya. Sebulan terakhir, asing sudah keluar Rp 2,53 triliun di semua pasar (Rp 1,80 triliun di reguler dan Rp 723,06 miliar di nego dan tunai).
Adapun year to date, asing justru masuk Rp 44,25 triliun di semua pasar (kecuali pasar reguler terjadi net sell Rp 18,27 triliun).
Dengan catatan net sell Selasa kemarin, maka aksi beli bersih (net buy) investor domestik mampu menahan kejatuhan IHSG. Sepekan terakhir, IHSG naik 0,89%, sebulan terakhir naik 2,33% dan year to date IHSG naik tipis 1,40%.
Selasa kemarin, lima saham emiten yang diborong asing yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 68,65 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 66,88 miliar dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 12,17 miliar.
Sementara dua saham lain yakni PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) Rp 8,34 miliar dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Rp 6,1 miliar.
Stefanus Adrian Chandra Wijaya, Equity Research Analyst PT Phillip Sekuritas Indonesia, mencermati bahwa pergerakan IHSG di pasar modal selama 2 hari ini cenderung sideways dan fluktuatif.
"Kami lihat memang investor asing banyak mengurangi portofolionya terutama di perbankan namun masih tercatat net buy di beberapa saham perbankan, misalnya BBCA," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/10/2019).
Data BEI mencatat, asing memang masuk melego saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Selasa kemarin Rp 138,38 miliar, tapi sepekan terakhir asing memborong Rp 216,11 miliar saham BBCA dan year to date asing masuk Rp 3,52 triliun.
"Kestabilan harganya [saham bank] tersebut membuat IHSG masih cenderung bertahan di area positif," kata Chandra.
"Melihat adanya perlambatan ekonomi yang terjadi di dunia serta dari domestik pertumbuhan kredit juga melambat, investor asing nampaknya melakukan taking profit dari saham lalu melakukan rotasi aset dari saham yang memiliki risiko tinggi ke aset yang memiliki risiko lebih rendah seperti obligasi," tegasnya.
Dia menjelaskan penguatan IHSG dalam 2 hari terakhir juga banyak disokong oleh saham-saham di luar big 10 market cap atau deretan saham dengan kapitalisasi di atas Rp 100 triliun.
LANJUT HALAMAN 2: Potensi net sell masih ada, efek kabinet baru sudah berlalu?
Phillip Sekuritas, kata Chandra, memprediksi potensi keluarnya investor asing masih ada tetapi terbatas karena pasar masih menantikan pengumuman bank sentral AS, The Fed."Pasar menunggu pengumuman The fed yang berpeluang besar untuk menurunkan suku bunga," katanya.
Padahal, sepekan lalu IHSG terus mencatatkan penguatan secara beruntun dalam 10 hari perdagangan terakhir sebelum akhirnya berhenti di Jumat (25/10). Penguatan ini bersamaan dengan momen susunan Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024 yang dilantik pada pekan lalu bersamaan dengan wakil menteri.
PT Kresna Sekuritas dalam risetnya menyebutkan, sentimen global masih positif dan efek pembentukan kabinet baru di domestik masih menjadi perhatian publik.
"Pasar juga memperhatikan keluarnya laporan keuangan kuartal III-2019," tulis riset tersebut.
Sentimen global yang mengangkat IHSG kemarin adalah kinerja bursa Wall Street yang kembali sentuh rekor pada Senin lalu.
Pada penutupan perdagangan Senin pekan ini, indeks Dow Jones naik 0,49%, indeks S&P 500 menguat 0,56%, dan indeks Nasdaq Composite melejit 1,01%. Indeks S&P 500 mengakhiri hari di level 3.039,42 yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang masa.
Rilis kinerja keuangan yang oke dari perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa saham AS sukses memantik aksi beli. Mengutip CNBC International yang melansir data dari FactSet, dari sebanyak 206 perusahaan anggota indeks S&P 500 yang telah melaporkan kinerja keuangan kuartalan hingga Senin pagi waktu setempat, sebanyak 78% mampu mengalahkan estimasi dari para analis.
(tas/sef) Next Article 'Drama' Kabinet Jokowi, Asing Kabur Hampir Rp 100 M Siang Ini
