Efek Kabinet Pudar, Asing Pagi Masuk & Siang Kabur Rp 164 M

tahir saleh, CNBC Indonesia
28 October 2019 14:39
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rentan hingga saat ini.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rentan hingga saat ini kendati Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menuntaskan susunan Kabinet Indonesia Maju pada Jumat pekan lalu (25/10/201). Artinya kondisi politik yang kondusif dalam negeri seharusnya bisa menjadi katalis positif bagi pasar modal.

Namun faktanya, hingga Senin ini (28/10/2019) pukul 14.11 WIB, IHSG kembali melemah 0,09% di level 6.247,11. Padahal indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini dibuka di zona hijau. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,07% ke level 6.256,79. Pada pukul 09:15 WIB, IHSG pun memperlebar penguatannya menjadi 0,11% ke level 6.259,46, tapi kini melemah.

Data BEI mencatat, dalam sepekan terakhir perdagangan, IHSG naik 1,28%, sementara sejak awal tahun hingga saat ini atau year to date, IHSG naik tipis 0,86%.


Investor asing hari ini keluar mencapai Rp 164,14 miliar di semua pasar, terdiri dari pasar reguler net sell Rp 67,38 miliar dan pasar nego dan pasar tunai net sell Rp 96,74 miliar. Padahal di sesi I, di pasar negosiasi dan tunai, asing sebelumnya malah masuk hingga Rp 117,33 miliar.

Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menilai kondisi IHSG pada pekan ini masih akan terpengaruh sentimen luar negeri khususnya rapat FOMC (Federal Open Market Committee) Meeting dari bank sentral AS, The Fed, terkait kebijakan suku bunga Fed Funds Rate (FFR).


"Pasar akan memperhatikan rapat The Fed yang diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga yang ketiga kalinya di tahun ini. Pasar juga menanti signal The Fed tentang kecepatan pemangkasan bunga dan peluang besarnya pemangkasan bunga ke depannya. Saat ini konsensus menunjukkan 87% pedagang pasar mengharapkan penurunan 25 bps [basis poin]," katanya dalam keterangannya diterima CNBC Indonesia, Senin ini (28/10).

Adapun dari dalam negeri, Hans menilai pasar saham Indonesia pada pekan lalu yang sempat menguat 10 hari beruntun memang diwarnai berita positif seputar jajaran menteri yang terpilih, dan ini membuat beberapa kali pasar berbalik positif akibat kebijakan Jokowi ini.

Selain itu penurunan suku bunga BI 7-Day Repo Rate pada Kamis pekan lalu, dari 5,25% menjadi 5% juga menjadi pendorong kenaikan Indeks, menggenapi kenaikan dalam 10 hari berturut-turut.

Foto: Konferensi Pers Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)


"Koreksi pada hari Jumat [25/10] lebih merupakan aksi ambil untung di pasar. Hal ini mengingat kenaikan yang tajam dalam 3 minggu sebelumnya. Dari posisi 6000.58 pada 7 Oktober 2019, IHSG telah di tutup pada 6.339 pada perdagangan Kamis 24 Oktober 2019," jelas Hans.

Pihaknya memprediksi pada awal pekan ini, IHSG berpeluang rebound terbatas dengan support (batas bawah) di level 6.197 sampai 6099 dan resistance (batas atas) di level 6.300 sampai 6.348.

Lebih lanjut, Hans mengatakan masih ada sentimen pasar luar negeri di tengah masih labilnya IHSG. Berita kemajuan perundingan perang dagang antara As dan China menjadi bahan bakar positif pasar, tetapi selalu perlu diwaspadai karena perbedaan kedua negara masih sangat banyak, terkait dengan perdagangan, nilai tukar, kebijakan proteksi dan teknologi.

"Salah satu yang cukup penting adalah apakah bulan Desember terjadi penangguhan kenaikan tarif impor seperti yang diminta China bila negosiasi perang dagang berjalan dengan baik."


Selain itu, beberapa sentimen luar negeri juga membuat investor masih 'galau'. Sentimen luar di antaranya laporan keuangan korporasi yang terbit di AS juga mempengaruhi pergerakan pasar. Sejauh ini, 75% perusahaan anggota indeks S&P 500 yang melaporkan pendapatan, 82,7% melampaui ekspektasi pasar, dan 12 % di bawah harapan pasar.

Tak hanya di AS, masalah Brexit atau keluarnya Inggris juga masih akan menjadi perhatian pasar. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan perlu waktu lebih lama untuk mempelajari RUU tentang Brexit.

"Selain itu PM Inggris juga meminta parlemen mengelar pemilihan umum pada 12 Desember untuk memecahkan kebuntuan politik seputar Brexit," jelas Hans.

Hans menjelaskan persoalan lain yakni rapat Bank of Japan yang berlangsung akhir bulan Oktober ini diperkirakan akan menjaga kebijakan moneter stabil mengingat kondisi pasar yang relative stabil. 

"Lemahnya data pertumbuhan ekonomi China yang hanya 6% di kuartal tiga dari sebelumnya 6,2% di kuartal kekedua menjadi perhatian pasar. Pertumbuhan ini yang terendah sejak awal 1990-an, membuka harapan China memberikan lebih banyak kebijakan longgar untuk mendorong perekonomian."


(tas/hps) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular