
Bukan Kabinet yang Lesatkan IHSG 1,31%, Tapi Perry Warjiyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini, Kamis (24/10/2019), di zona hijau.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,22% ke level 6.271,51. Per akhir sesi satu, indeks harga saham acuan di Indonesia tersebut telah memperlebar penguatannya menjadi 0,8% ke level 6.307,54. Per akhir sesi dua, penguatan IHSG sudah kembali bertambah lebar menjadi 1,31% ke level 6.339,65.
Penguatan IHSG pada hari ini menandai penguatan yang kesepuluh secara beruntun.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga melaju di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,55%, indeks Hang Seng menguat 0,87%, indeks Straits Times terapresiasi 0,75%, dan indeks Kospi bertambah 0,24%.
Optimisme bahwa AS-China akan bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu pada bulan depan sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.
"Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada," kata Trump di Gedung Putih.
"Kami bekerja dengan China dengan sangat baik," sambungnya menambahkan.
Perkembangan terbaru, Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai perkembangan dalam negosiasi dagang kedua negara, seperti dilansir dari Reuters. Menurut Le, segala perbedaan yang ada antara AS dan China bisa diselesaikan selama keduanya menghormati satu sama lain.
"Selama kita saling menghormati satu sama lain dan bekerjasama dengan azaz keadilan, tidak ada perbedaan yang tak dapat diselesaikan antara China dan AS," kata Le.
"Yang China inginkan adalah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Kami tak ingin merenggut apapun dari pihak lain. Tidaklah ada ceritanya bahwa China ingin menggantikan ataupun mengancam pihak lain," katanya guna semakin mendinginkan suasana dengan AS.
Dirinya kemudian menjelaskan bahwa AS dan China telah mencapai banyak hal melalui kerjasama selama bertahun-tahun.
"Untuk apa kita melepaskan capaian-capaian dari kerjasama tersebut?"
Jika benar AS-China bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu pada bulan depan, tentu ini akan menjadi kabar yang sangat positif bagi perekonomian kedua negara lantaran roda perekonomian akan bisa dipacu untuk berputar lebih kencang.
Mengingat posisi AS dan China selaku dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentu kencangnya laju perekonomian kedua negara akan membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dunia.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Empat Bulan Beruntun Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan
Sentimen dari dalam negeri berkontribusi besar dalam mengerek kinerja IHSG. Bukan, bukan pengumuman kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melesatkan IHSG pada hari ini, namun hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Kemarin (23/10/2019), RDG BI untuk periode Oktober 2019 dimulai dan berakhir pada hari ini, diikuti oleh pengumuman tingkat suku bunga acuan.
Dalam konferensi pers yang digelar pasca RDG selesai digelar, Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menyuntikkan stimulus bagi perekonomian Indonesia dengan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
"Kebijakan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, serta langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat," tambah Perry.
Untuk diketahui, pemangkasan tingkat suku bunga pada hari ini menandai pemangkas tingkat suku bunga acuan selama empat bulan beruntun.Jika ditotal, suku bunga acuan sudah dipangkas sebesar 100 bps dalam empat bulan terakhir.
Keputusan BI pada hari ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5%. Keputusan tersebut juga sesuai dengan analisis dari Tim Riset CNBC Indonesia yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas oleh BI, yakni sebesar 25 bps.
Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan suntikan energi yang salah satunya bisa datang dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Untuk diketahui, pada awal Agustus Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal II-2019.
Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan, jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%.
Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07% YoY. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.
Bahkan, saat ini perekonomian Indonesia dikhawatirkan akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh lembaga keuangan besar berbendera asing.
Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.
Dengan dipangkas kembalinya tingkat suku bunga acuan oleh BI, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Tak Ada Kejutan dari BI, Apresiasi IHSG Terpangkas Sedikit
