IHSG Loyo, Profit Taking atau Tak Puas dengan Kabinet Jokowi?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
23 October 2019 13:31
Koreksi tersebut menghentikan reli berlangsung selama delapan hari berturut-turut.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Respons pasar keuangan domestik cenderung kurang apresiatif terhadap hasil pengumuman Kabinet Indonesia Maju yang diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I tercatat terkoreksi tipis 0,05% ke level 6.222,70. Koreksi tersebut menghentikan reli berlangsung selama delapan hari berturut-turut.

Reli delapan hari berturut sejak 11 Oktober hingga 22 Oktober sempat mengangkat IHSG naik 3,35% dari level 6.023,64 ke level 6.225.50. Namun pelaku pasar menilai, koreksi yang terjadi hari ini merupakan profit taking setelah reli panjang IHSG dan Jokowi Effect mulai surut.

"Dengan diumumkannya Susunan Kabinet Jokowi periode 2, maka pelaku pasar melakukan aksi Ambil Untung. Apalagi sentimen global juga sedang lemah akibat ketidakpastian Brexit dan kembali menguatnya isyu pemakzulan Trump," tulis riset Panin Sekuritas dalam Risetnya siang ini.

Sementara itu, investor asing tercatat masih keluar dari pasar saham domestik. Pada sesi I, di pasar reguler nilai net sell asing tercatat mencapai Rp 116,46 miliar dan di semua pasar Rp 184,84 miliar.

Setali tiga uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini, mendekati level Rp 14.100/US$. Pada Rabu (23/10/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.040/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,02% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Artinya hampir semua instrumen keuangan hari ini mengalami terkanan.

Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sutrisno Iwantono, kepada CNBC Indonesia, mengataka pelaku ekonomi tidak terlalu optimistis dilihat dari pergerakan IHSG hari ini yang berada di zona merah.

"Sebagai pengusaha kami fokus kepada menteri ekonomi. Pasar saham terlihat merah, walaupun bursa saham yang lain merah. Tapi ini artinya pasar menanggapi dingin-dingin saja. Kita menghadapi problem jangka pendek yang berat. Dengan komposisi menteri ini, tampaknya kita tidak terlalu optimistis," ujar Iwantono, Rabu (23/10/2019).

[Gambas:Video CNBC]

Dia memaparkan, dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat seperti saat ini, kuncinya adalah investasi yang harus digenjot. Sementara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dipegang oleh Bahlil Lahadalia.

"Saya tidak under estimate dengan Bahlil, tapi harusnya investasi dipegang orang yang punya pengalaman internasional. Tentu Bahlil walaupun pengusaha, masih harus diuji, apakah memiliki kemampuan ke arah sana. Sebab investasi adalah kunci untuk memajukan ekonomi," papar Iwantono.

Kemudian variabel kedua untuk menggenjot ekonomi adalah ekspor, yang menjadi domain menteri perdagangan yang saat ini diduduki oleh Agus Suparmanto.

"Saya tidak tahu Agus Suparmanto ini siapa. Harusnya menteri perdagangan dipegang oleh orang yang berpengalaman. Airlangga Hartarto harusnya lebih pas untuk posisi Menteri Perdagangan," jelasnya.
(hps/wed) Next Article Pak Jokowi, Market Bingung Soal Menteri & IHSG Jadi Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular