Q3 NIKL Bisa Cetak Laba, Tapi kok Pendapatan Stagnan?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 October 2019 14:37
Pasalnya pada pukul 13:21 WIB harga saham perusahaan tercatat melemah 1,02% menjadi Rp 975/unit saham.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) hingga akhir September 2019 mampu mengantongi keuntungan sebesar US$ 1,84 juta atau setara Rp 26,13 miliar (asumsi kurs Rp 14.200/US$).

Ini merupakan capaian yang sangat baik karena pada periode yang sama tahun sebelumnya, NIKL membukukan rapor merah dengan menorehkan rugi bersih mencapai US$ 3,2 juta atau setara Rp 45,5 miliar.

Sayangnya, torehan kinerja keuangan kali ini belum diapresiasi oleh pelaku pasar. Pada sesi I, harga saham perusahaan tercatat melemah 1,02% menjadi Rp 975/unit saham.

Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata perolehan laba NIKL bukan didorong oleh kenaikan pendapatan tetapi disebabkan penurunan drastis pada pos rugi selisih kurs.


Per 30 September tahun lalu, perusahaan membukukan rugi atas selisih kurs mencapai US$ 3,44 juta dan pada akhir September 2019 pos rugi selisih kurs anjlok 89,27% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi hanya US$ 369.607.

Sementara itu, pendapatan NIKL tercatat stagnan dengan naik tipis 0,27% YoY ke level US$ 123,79 juta atau setara Rp 1,76 triliun dari sebelumnya US$ 123,46 juta atau setara Rp 1,75 triliun.

Pemasukan perusahaan cenderung stabil karena pertumbuhan pendapatan dua segmen operasi NIKL saling mengeliminasi.

Segmen usaha sheet tercatat tumbuh 14,34% YoY ke US$ 55,87 juta, namun segmen usaha coil terkoreksi 8,95% secara tahunan menjadi US$ 67,92 juta.

Di lain pihak, dari sisi neraca, total aset perusahaan mencatatkan penurunan 9,97% dibandingkan posisi akhir Desember 2018, yakni dari US$ 147,78 juta menjadi US$ 133,04 juta.

Penurunan total aset NIKL seiring dengan koreksi yang dicatatkan pada pos kewajiban, terutama pos utang bank jangka pendek dan utang usaha pihak ketiga yang masing-masing turun 8,95% ke US$ 62,43 juta dan 62,68% ke US$ 9,32 juta dari posisi akhir tahun lalu.

Sebagai informasi tambahan, NIKL yang dikenal juga dengan nama Latinusa berdiri pada tahun 1982 yang bergerak dalam industri baja lembaran lapis timah (tinplate).

Pemegang saham pengendali perusahaan yakni PT Nippon Steel Corporation (35%), PT Krakatau Steel Tbk/KRAS (20,1%), PT ASABRI (10,3%) dan Mitsui & Co Ltd (10%).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Laba Timah Nusantara Naik Tipis Menjadi USD 1,84 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular