
Mantap! Harga Nikel & Kinerja Bikin Saham Latinusa Terbang
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 July 2019 12:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau Latinusa kembali menggeliat pada perdagangan sesi I Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Selasa (23/7/2019).
Di akhir sesi I, harga saham NIKL menguat 16,36% ke level Rp 1.600/unit saham. Perolehan ini membuat perusahaan menduduki posisi jawara top gainers. Harga saham perusahaan bahkan sempat menyentuh Rp 1.715 atau menguat 24,73%.
Uniknya capaian tersebut diperoleh saat saham perusahaan tidak begitu aktif diperdagangkan hari ini dengan volume perdagangan hanya sebesar 15,67 juta unit, jauh dari rerata transaksi harian senilai 22,57 juta unit.
Selain itu, bukannya membukukan aksi beli bersih (net buy), investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) meskipun memang jumlahnya tidak terlalu besar. Investor asing membukukan net sell atas emiten NIKL sebesar Rp 476,96 juta.
Lebih lanjut, salah satu faktor yang memicu investor berbondong-bondong mengkoleksi saham TINS adalah kinerja fundamental perusahaan yang cemerlang.
Dalam 6 bulan pertama tahun ini NIKL berhasil merubah status pos laba bersih dari rapor merah di tahun lalu, menjadi rapor biru.
Perusahaan berhasil mengantongi keuntungan dengan membukukan laba bersih sebesar US$ 2,41 juta atau Rp 33,76 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, NIKL membukukan kerugian US$ 1,5 juta atau Rp 21,02 miliar.
Laba bersih perusahaan tumbuh ditopang dari keuntungan atas selisih kurs sebesar US$ 1.291. Meskipun nilainya tidak banyak, ini lebih baik dari perolehan tahun lalu yang mencatatkan rugi selisih kurs mencapai US$ 2,29 juta.
Di lain pihak, sentimen lainnya yang menopang kenaikan harga saham NIKL adalah peningkatan harga nikel dunia dalam dua minggu terakhir yang mencatatkan penguatan hingga 23%.
Pada Kamis (18/7/2019) pekan lalu, harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) menyentuh US$ 15.115/metrik ton yang merupakan harga tertinggi sejak Juni 2018. Namun, hari ini harga komponen utama baterai tersebut mulai mencatatkan koreksi, dilansir dari Reuters.
Salah satu faktor pemicu peningkatan harga nikel pekan lalu adalah isu larangan ekspor nikel Indonesia, yang berkontribusi pada seperempat pasokan nikel global. Akan tetapi, analis mengatakan isu tersebut kurang relevan dan masih mempertanyakan penyebabnya.
"Ini bukan berita baru, oleh karena itu mengapa ini (tidak jelas) bahwa kita telah melihat reaksi harga, dan itulah yang membuat kita semua menggaruk kepala," ujar Vivek Dhar, analis komoditas di Commonwealth Bank, dikutip dari AFR.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Latinusa Rugi Rp 21 M
Di akhir sesi I, harga saham NIKL menguat 16,36% ke level Rp 1.600/unit saham. Perolehan ini membuat perusahaan menduduki posisi jawara top gainers. Harga saham perusahaan bahkan sempat menyentuh Rp 1.715 atau menguat 24,73%.
Selain itu, bukannya membukukan aksi beli bersih (net buy), investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) meskipun memang jumlahnya tidak terlalu besar. Investor asing membukukan net sell atas emiten NIKL sebesar Rp 476,96 juta.
Lebih lanjut, salah satu faktor yang memicu investor berbondong-bondong mengkoleksi saham TINS adalah kinerja fundamental perusahaan yang cemerlang.
Dalam 6 bulan pertama tahun ini NIKL berhasil merubah status pos laba bersih dari rapor merah di tahun lalu, menjadi rapor biru.
Perusahaan berhasil mengantongi keuntungan dengan membukukan laba bersih sebesar US$ 2,41 juta atau Rp 33,76 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, NIKL membukukan kerugian US$ 1,5 juta atau Rp 21,02 miliar.
Laba bersih perusahaan tumbuh ditopang dari keuntungan atas selisih kurs sebesar US$ 1.291. Meskipun nilainya tidak banyak, ini lebih baik dari perolehan tahun lalu yang mencatatkan rugi selisih kurs mencapai US$ 2,29 juta.
Di lain pihak, sentimen lainnya yang menopang kenaikan harga saham NIKL adalah peningkatan harga nikel dunia dalam dua minggu terakhir yang mencatatkan penguatan hingga 23%.
Pada Kamis (18/7/2019) pekan lalu, harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) menyentuh US$ 15.115/metrik ton yang merupakan harga tertinggi sejak Juni 2018. Namun, hari ini harga komponen utama baterai tersebut mulai mencatatkan koreksi, dilansir dari Reuters.
Salah satu faktor pemicu peningkatan harga nikel pekan lalu adalah isu larangan ekspor nikel Indonesia, yang berkontribusi pada seperempat pasokan nikel global. Akan tetapi, analis mengatakan isu tersebut kurang relevan dan masih mempertanyakan penyebabnya.
"Ini bukan berita baru, oleh karena itu mengapa ini (tidak jelas) bahwa kita telah melihat reaksi harga, dan itulah yang membuat kita semua menggaruk kepala," ujar Vivek Dhar, analis komoditas di Commonwealth Bank, dikutip dari AFR.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Latinusa Rugi Rp 21 M
Most Popular