
Analisis
Kecemasan Resesi AS Timbul Lagi, Emas Balik Dekati US$ 1.500?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 October 2019 14:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat pada perdagangan Rabu kemarin, dan masih cukup tangguh pada perdagangan hari ini, Kamis (17/10/19). Emas yang sebelumnya sedang kurang menarik bagi investor tiba-tiba menguat akibat kembali munculnya kecemasan akan resesi di Amerika Serikat (AS).
Buruknya data penjualan ritel AS yang dirilis Kamis kemarin menjadi pemicu kecemasan akan resesi, yang meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman (safe haven). Departemen perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan September turun 0,3% month-on-month (MoM). Penurunan itu merupakan yang pertama dalam 7 bulan terakhir.
Rilis tersebut berbanding terbalik dengan hasil survei Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi kenaikan 0,3%. Sementara penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan turun 0,1% MoM.
Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelambatan tersebut, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa di kuartal III-2019 tentunya akan terseret juga.
Rilis data penjualan ritel AS yang buruk membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menguat. Usai rilis data tersebut probabilitas pemangkasan suku bunga di AS kembali meningkat.
Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, hingga siang ini pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 87,1% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,76% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB). Probabilitas tersebut meningkat dibandingkan Rabu pagi sebesar 75,4%.
Emas pun mendapat dua keuntungan dari kecemasan akan terjadinya resesi dan peluang penurunan suku bunga The Fed.
Kecemasan akan resesi tentunya membuat investor mengamankan kekayaannya di aset safe haven seperti emas. Di sisi lain, emas merupakan aset yang dibanderol dengan dolar AS, ketika suku bunga dipangkas, dolar AS cenderung melemah dan harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Dampaknya, permintaan emas bisa meningkat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Buruknya data penjualan ritel AS yang dirilis Kamis kemarin menjadi pemicu kecemasan akan resesi, yang meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman (safe haven). Departemen perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan September turun 0,3% month-on-month (MoM). Penurunan itu merupakan yang pertama dalam 7 bulan terakhir.
Penurunan penjualan ritel di bulan September menunjukkan melambatnya belanja konsumen AS. Sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 66% terhadap pertumbuhan ekonomi AS. Dengan pelambatan tersebut, pertumbuhan ekonomi Negeri Adikuasa di kuartal III-2019 tentunya akan terseret juga.
Rilis data penjualan ritel AS yang buruk membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menguat. Usai rilis data tersebut probabilitas pemangkasan suku bunga di AS kembali meningkat.
Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, hingga siang ini pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 87,1% The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 1,5-1,76% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB). Probabilitas tersebut meningkat dibandingkan Rabu pagi sebesar 75,4%.
Emas pun mendapat dua keuntungan dari kecemasan akan terjadinya resesi dan peluang penurunan suku bunga The Fed.
Kecemasan akan resesi tentunya membuat investor mengamankan kekayaannya di aset safe haven seperti emas. Di sisi lain, emas merupakan aset yang dibanderol dengan dolar AS, ketika suku bunga dipangkas, dolar AS cenderung melemah dan harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Dampaknya, permintaan emas bisa meningkat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular