Pemerintah Udah All Out, Harga Rumah Milenial kok Mahal sih?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
17 October 2019 13:19
Padahal sejumlah insentif sudah diberikan pemerintah untuk mendorong ketersedian dan keterjangkauan harga rumah.
Foto: Indonesia Property Expo 2018 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mempertanyakan pasokan rumah yang masih belum sesuai dengan kebutuhan dan harga rumah yang juga belum pas dengan kemampuan beli masyarakat. Padahal sejumlah insentif sudah diberikan pemerintah untuk mendorong ketersediaan dan keterjangkauan harga rumah.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo saat menyampaikan sejumlah insentif yang diberikan pemerintah untuk sektor properti.

"Kita sudah ada Tapera [tabungan perumahan rakyat], FLPP [fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan], revolving selisih subsidi bunga [SSB], subsidi bantuan uang muka [SBUM] sudah ada jumlahnya dan sudah bisa dimanfaatkan," kata Mardiasmo di Hotel Shangri-la Jakarta, Kamis (17/10/2019).

"[Soal] FLPP, saat mendampingi Presiden [Jokowi] bertemu pengusaha sudah ditambahkan anggarannya untuk 2019. Ini keinginan presiden karena perhatian rumah untuk rakyat," kata Mardiasmo lagi.

"Jadi kurang opo meneh, apa lagi yang diinginkan, ini udah kopi susu. FLPP, SSB, SBUM, subsidi PPN sudah, kurang apa lagi?."

Mardiasmo berharap kolaborasi antara Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Perbanas bisa membuat sebuah 'masterpiece' yang bisa menyediakan fasilitas pembiayaan perumahan yang murah untuk masyarakat

"Bagaimana kolaborasi semuanya [untuk sediakan rumah] kepada masyarakat yang jelata dan jelita. Sinergi antar sektor, itu kurang nendang kalau bank tidak nendang karena sektor intermediasi harus efektif dan berimbang," tambah Mardiasmo.

Menurut Mardiasmo, pemerintah dan Bank Indonesia sudah memberikan wake up call bagi perbankan untuk menyediakan fasilitas pembiayaan yang cocok, khususnya untuk generasi milenial.

"Milenial tak suka rumah besar, hanya tinggal buat transit aja, mereka lebih suka leisure (jalan-jalan). Milenial itu tidak semua jelita, kita harus sasar mereka. Jangan [beri harga properti] Rp 30 miliar terus. Duite sopo," ujar Mardiasmo berkelakar.

Menurut dia, cara pemasaran dan kemasan produk properti harus dibuat sesuai dengan saluran-saluran yang bisa diakses milenial.

"Packaging juga produknya dan chanelling-nya seperti apa? Mungkin dengan fintech, yang tidak terlalu komersial," kata Mardiasmo.
(hps/tas) Next Article Milenial Susah Beli Rumah karena Bunga KPR Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular