
Analisis Teknikal
Trading Forex: Tembus Fibo 50% dan MA 200, GBP/USD Bullish!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 October 2019 18:20

Jakarta, CNBC Indonesia -- Mata uang poundsterling Inggris melawan dolar Amerika Serikat (AS) atau GBP/USD menguat tajam, sebesar 1,52%, pada perdagangan Selasa (16/10/19) kemarin. Bahkan jika melihat lebih ke belakang, dalam empat hari terakhir The Cable melesat 4,87%.
Secara teknikal pada grafik harian, kenaikan dalam empat hari terakhir tersebut membuat GBP/USD menembus ke atas Finbonacci Retracement level 50% (kisaran US$ 1,2260) yang ditarik dari titik tertinggi 13 Maret dan terendah 3 September 2019.
Selain menembus garis (biru) rerata pergerakan 200 hari (Moving Average/MA 200), yang biasanya menjadi resisten kuat. Dengan demikian GBP/USD kini berada dalam sudah masuk fase bullish atau tren menguat.
Melihat grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought) sehingga membuka peluang penguatan GBP/USD. Resisten berada di kisaran US$ 1,2785, jika mampu ditembus GBP/USD berpeluang naik ke level US$ 1,2835.
Area US$ 1,2660 menjadi support (tahanan bawah) terdekat, selama bertahan di atas level tersebut GBP/USD cenderung akan menguat pada hari ini. Untuk jangka lebih panjang (dalam beberapa hari), Fibo 38,2% di kisaran US$ 1,2500 pada grafik harian, menjadi support yang cukup kuat.
Secara fundamental, harapan adanya deal Brexit menjadi pendongkrak performa poundsterling. Kesepakatan Brexit antara Inggris dengan Uni Eropa (UE) cukup terbuka di pekan ini. Hal tersebut diungkapkan oleh pimpinan negosiasi UE Michel Barnier.
"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.
Perundingan Brexit mencapai babak final hari ini, kesepakatan diperlukan sebelum puncak pertemuan Uni Eropa 17 dan 18 Oktober. Deal yang tercapai hari ini harus mendapat persetujuan Uni Eropa, kemudian mendapat persetujuan Parlemen Inggris paling telat 19 Oktober.
Jika hingga 19 Oktober belum ada kesepakatan, maka Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson secara legal harus mengajukan penundaan Brexit yang seharusnya terjadi pada 31 Oktober.
Namun, PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.
Bagaimana PM Johnson akan melakukan hard Brexit masih belum diketahui. Hard Brexit merupakan ketakutan utama para pelaku pasar, ekonomi Inggris diperkirakan akan memasuki resesi. Oleh karena itu, hasil perundingan Brexit ini harus menjadi perhatian untuk menentukan arah GBP/USD dalam jangka menengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi Nyungsep, Poundsterling Malah Menguat ke Rp 18.305
Secara teknikal pada grafik harian, kenaikan dalam empat hari terakhir tersebut membuat GBP/USD menembus ke atas Finbonacci Retracement level 50% (kisaran US$ 1,2260) yang ditarik dari titik tertinggi 13 Maret dan terendah 3 September 2019.
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Melihat grafik 1 jam, indikator Stochastic bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought) sehingga membuka peluang penguatan GBP/USD. Resisten berada di kisaran US$ 1,2785, jika mampu ditembus GBP/USD berpeluang naik ke level US$ 1,2835.
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Area US$ 1,2660 menjadi support (tahanan bawah) terdekat, selama bertahan di atas level tersebut GBP/USD cenderung akan menguat pada hari ini. Untuk jangka lebih panjang (dalam beberapa hari), Fibo 38,2% di kisaran US$ 1,2500 pada grafik harian, menjadi support yang cukup kuat.
Secara fundamental, harapan adanya deal Brexit menjadi pendongkrak performa poundsterling. Kesepakatan Brexit antara Inggris dengan Uni Eropa (UE) cukup terbuka di pekan ini. Hal tersebut diungkapkan oleh pimpinan negosiasi UE Michel Barnier.
"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.
Perundingan Brexit mencapai babak final hari ini, kesepakatan diperlukan sebelum puncak pertemuan Uni Eropa 17 dan 18 Oktober. Deal yang tercapai hari ini harus mendapat persetujuan Uni Eropa, kemudian mendapat persetujuan Parlemen Inggris paling telat 19 Oktober.
Jika hingga 19 Oktober belum ada kesepakatan, maka Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson secara legal harus mengajukan penundaan Brexit yang seharusnya terjadi pada 31 Oktober.
Namun, PM Johnson mengatakan ia ingin kesepakatan terjadi saat pertemuan Uni Eropa Kamis dan Jumat pekan ini agar Brexit bisa dieksekusi 31 Oktober. Jika kesepakatan tidak terjadi, Johnson akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit), meski Parlemen Inggris sudah membuat undang-undang yang menghalangi itu.
Bagaimana PM Johnson akan melakukan hard Brexit masih belum diketahui. Hard Brexit merupakan ketakutan utama para pelaku pasar, ekonomi Inggris diperkirakan akan memasuki resesi. Oleh karena itu, hasil perundingan Brexit ini harus menjadi perhatian untuk menentukan arah GBP/USD dalam jangka menengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi Nyungsep, Poundsterling Malah Menguat ke Rp 18.305
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular