
Analisis Teknikal
Trading Forex: Peluang EUR/USD Menguat Hari Ini Membesar
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 October 2019 14:20

Jakarta. CNBC Indonesia - Pasangan mata uang EUR/USD terkoreksi turun pada perdagangan Senin (15/10/19), setelah mencapai level terkuat sejak 20 September pada Jumat pekan lalu.
Sebelum melemah pada Senin kemarin EUR/USD membukukan penguatan tiga hari berturut-turut hingga perdagangan Jumat. Total dalam tiga hari tersebut euro menguat 0,78% melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara pada Senin kemarin, pasangan mata uang ini turun 0,11%. Meski menurun, tetapi EUR/USD masih bertahan di atas pola Channel Down (garis hijau sejajar) pada grafik harian yang ditembus pada Jumat pekan lalu.
Kemampuan bertahan di atas pola tersebut membuat peluang kenaikan EUR/USD kini lebih besar, dibandingkan dengan Senin kemarin. Garis merah merupakan Fibonacci Retracement yang ditarik dari 24 September 2018 (titik tertinggi) sampai 1 Oktober 2019 (titik terendah).
Berdasarkan Fibonacci Retracement, level 23,6% berada di kisaran US$ 1,1100, yang menjadi target penguatan EUR/USD saat ini. Konfirmasi penembusan Fibo 23,6% tersebut akan membuka peluang penguatan euro lebih lanjut.
Sementara jika dilihat dari grafik 1 Jam, indikator Stochastic masuk ke wilayah jenuh beli (overbought). Resisten terdekat masih di kisaran US$ 1,1060, diperlukan penembusan konsisten di atas resisten untuk terus melaju naik menuju target penguatan US$ 1,1100.
Sementara selama tertahan di bawah level tersebut, EUR/USD kemungkinan akan kembali terkoreksi, melihat indikator Stochastic yang overbought.
Secara fundamental masih belum ada perubahan, euro mendapat momentum penguatan setelah rilis notula rapat kebijakan moneter European Central Bank (ECB) pekan lalu. Dalam notula itu terungkap bahwa kebijakan ECB untuk kembali mengaktifkan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) mendapat tentangan dari banyak anggota dewan.
Reuters melaporkan sepertiga dari anggota pembuat kebijakan, termasuk pimpinan bank sentral negara-negara raksasa yakni Jerman dan Perancis, menentang adanya QE. Selama delapan tahun masa kepemimpinan Presiden Mario Draghi, kebijakan moneter yang diambil kali ini dikatakan menjadi yang paling ditentang.
Dengan adanya pertentangan tersebut, ada kemungkinan panduan kebijakan ECB akan berubah saat Draghi mengakhiri masa jabatannya pada 31 Oktober. Draghi kemungkinan besar akan digantikan oleh mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetery FUND/IMF), Christine Lagarde.
Di sisi lain, dolar AS sedang tertekan akibat sikap China yang mencla-mencle terkait kesepakatan dagang dengan AS yang dicapai pada Jumat pekan lalu. Pelaku pasar kini meragukan realisasi kesepakatan tersebut, dan perang dagang AS-China berpotensi berlanjut lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Sebelum melemah pada Senin kemarin EUR/USD membukukan penguatan tiga hari berturut-turut hingga perdagangan Jumat. Total dalam tiga hari tersebut euro menguat 0,78% melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara pada Senin kemarin, pasangan mata uang ini turun 0,11%. Meski menurun, tetapi EUR/USD masih bertahan di atas pola Channel Down (garis hijau sejajar) pada grafik harian yang ditembus pada Jumat pekan lalu.
![]() Sumbe: MetaTarder 5 |
Kemampuan bertahan di atas pola tersebut membuat peluang kenaikan EUR/USD kini lebih besar, dibandingkan dengan Senin kemarin. Garis merah merupakan Fibonacci Retracement yang ditarik dari 24 September 2018 (titik tertinggi) sampai 1 Oktober 2019 (titik terendah).
Berdasarkan Fibonacci Retracement, level 23,6% berada di kisaran US$ 1,1100, yang menjadi target penguatan EUR/USD saat ini. Konfirmasi penembusan Fibo 23,6% tersebut akan membuka peluang penguatan euro lebih lanjut.
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Sementara jika dilihat dari grafik 1 Jam, indikator Stochastic masuk ke wilayah jenuh beli (overbought). Resisten terdekat masih di kisaran US$ 1,1060, diperlukan penembusan konsisten di atas resisten untuk terus melaju naik menuju target penguatan US$ 1,1100.
Sementara selama tertahan di bawah level tersebut, EUR/USD kemungkinan akan kembali terkoreksi, melihat indikator Stochastic yang overbought.
Secara fundamental masih belum ada perubahan, euro mendapat momentum penguatan setelah rilis notula rapat kebijakan moneter European Central Bank (ECB) pekan lalu. Dalam notula itu terungkap bahwa kebijakan ECB untuk kembali mengaktifkan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) mendapat tentangan dari banyak anggota dewan.
Reuters melaporkan sepertiga dari anggota pembuat kebijakan, termasuk pimpinan bank sentral negara-negara raksasa yakni Jerman dan Perancis, menentang adanya QE. Selama delapan tahun masa kepemimpinan Presiden Mario Draghi, kebijakan moneter yang diambil kali ini dikatakan menjadi yang paling ditentang.
Dengan adanya pertentangan tersebut, ada kemungkinan panduan kebijakan ECB akan berubah saat Draghi mengakhiri masa jabatannya pada 31 Oktober. Draghi kemungkinan besar akan digantikan oleh mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetery FUND/IMF), Christine Lagarde.
Di sisi lain, dolar AS sedang tertekan akibat sikap China yang mencla-mencle terkait kesepakatan dagang dengan AS yang dicapai pada Jumat pekan lalu. Pelaku pasar kini meragukan realisasi kesepakatan tersebut, dan perang dagang AS-China berpotensi berlanjut lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular